Dalam aksi jilid II, Gender Oposisi (Genopsis) kembali menghadap kantor Bupati Bima untuk mendesak Pemda agar anggaran Covid-19 senilai 50 M itu di transparansikan di ruang publik, senin 15/6.
Tertutupnya informasi publik soal transparansi anggaran Covid-19 itu di duga ada sesuatu yang hendak di sembunyikan. Atau dalam istilah lain Pemda Bima tidak serius memerangi Corona Virus ini yang makin hari makin ganas.
Ketidak seriusan itu memicu kekecewaan massa aksi. Pemembakaran Ban bekas pun terjadi depan istana daerah. Tak hanya itu massa aksi juga melempari semua sembako bantuan Covid-19 seperti mie instan dan sabun colek yang dianggap tidak layak.
Telur busuk pun ikut di lempari. Itu menandakan tidak seriusnya Pemda Bima memerangi pandemi Covid-19 serta keberpihakan terhadap masyarakat yang terdampak Covid tidak efektif dan efisien.
"Bupati tidak mampu menunaikan janjinya. Semuanya hanya pemanis bibir. Apalagi soal bantuan mobil Damkar di Kecamatan Belo itu," ungkap korlap, Uswatun Hasanah.
Perempuan yang akrab disapa Badai NTB ini menilai Bupati dan Wakil Bupati Bima adalah sosok pemimpin yang miskin keteladanan. Keluhan masyarakat tidak pernah di respon baik.
"Apa yang mesti di banggakan? Penyaluran anggaran Bantuan Covid-19 tidak jelas arahnya kemana, maka hari ini kami meminta keterbukaan anggaran 50 M itu," desaknya dengan tegas.
#tot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan dengan baik dan benar