Jumat, 02 Oktober 2020

Kearifan Lokal Sebagai Perwujudan Pilkada Maraso


Bima, InsidePos,-


Pilkada "maraso" (suci/bersih) adalah harapan seluruh masyarakat Bima yang diwujudkan dalam semangat KPUD kabupaten Bima. Ada makna yang mendalam jika ditelaah dalam perspektif antropologi terkait pilihan kata "Maraso". Sebab, kata "maraso" adalah kalimat yang mengandung nilai moral dan etika.


Kata "Maraso", dahulu selalu dikaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat yang jauh dari tindakan tindakan amoral atau penyimpangan sosial. Karena biasanya ketika ada peristiwa yang melanggar etika dan moralitas kehidupan sosial. Maka masyarakat selalu mengeluarkan sumpah serapah. 


"Seperti kalimat "Mai mbere Mai oro kampoi Pu Ma Sampu Ade Dana Ro Rasa (Datanglah banjir, datang bawa semua yang kotor di tanah dan kampung)," ucap Juan juwanda


Tentu kalimat itu mengandung makna tersendiri. Yakni masyarakat Bima sangat anti akan tindakan-tindakan yang melanggar nilai etika dan estetika. Serta moralitas yang terkandung dalam syariat Islam maupun adat istiadat.


Perspektif masyarakat Bima, selalu melihat kejadian dalam pendekatan budaya dan agama. Hal itulah yang diwujudkan dalam kalimat "Maja labo dahu" yang didalamnya tertuang nilai agama dan budaya.


Dijelaskan Juan, untuk mewujudkan Pilkada "Maraso" bukan sesuatu yang klasik. Sebab, tumpuan harapan tergantung pada masyarakat, penyelengara, keamanan dan Paslon Bupati dan Wakil Bupati itu sendiri. Itupun bila tindakannya berpedoman pada kearifan lokal.


"Karna pada esensinya masyarakat Bima hanya mampu disadarkan pada instrumen penyadaran yang bisa mereka jangkau atau ketahui. Hal itulah menjadi satu kekuatan untuk kembali mengkampanyekan kearifan lokal demi mewujudkan "Pilkada Maraso Ru'u Dana Ro Rasa," jelas pria alumni STKIP Bima ini.


Jika Maja labo dahu dan Nggusu waru  diaktualisasikan dalam praktek politik Pilkada Bima saat ini. Maka akan menekan pelanggaran- pelanggaran dalam tahapan Pilkada.  Seperti money politik, saling menjatuhkan, permusuhan, konflik antar pendukung atau pelanggaran lain yang datang dari penyelenggara dan peserta Pemilu.


Bukan saja itu, Manggusu Waru adalah sarat dan kriteria yang diharapkan kepada pemimpin "Dana Mbojo" agar menjadi Dumu Dou Ina Mpu'u Ma Weki Ma Mboto Ndi 'Batu Wia Lele nLNa Ndei Siri Wia Nggawona  (mewujudkan pemimpin yang ideal yang bisa diteladani dan menjadi tempat bernaung bagi masyarakat ketika ada masalah dan persoalan yang dihadapi).

#tot

Tidak ada komentar: