Tampilkan postingan dengan label Advetorial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Advetorial. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Juli 2024

Tingkatkan Pengawasan, Bawaslu Kota Bima Laksanakan Rapat Kerja Teknis Bersama Panwascam


Kota Bima, Inside Pos,-

Meningkatkan fungsi pengawasan, Bawaslu Kota Bima menggelar Rapat kerja teknis pengawasan dan penanganan pelanggaran pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2024. Kegiatan itu dilakukan di aula rumah dining  Kota Bima Rabu, 24/7/2024.

Kegiatan rapat kerja tersebut merupakan untuk meningkatkan pengetahuan pengawasan oleh Panwascam di seluruh Kecamatan di Kota Bima. 


Koordinator Sekretariat Bawaslu Kota Bima Subhan, St pada laporannya menyampaikan, kegiatan dilaksnakan oleh Bawaslu saat ini merupakan hasil rapat pleno yang sudah diagenda Bawaslu setiap minggu. 


"Rapat kali ini kita membahas persiapan dan pengawasan. Rapat ini juga untuk menindaklanjuti hasil Pleno yang dilaksanakan Bawaslu pekan lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang Peserta," ujarnya


Ditempat yang sama, Ketua Bawaslu Kota Bima, Atina, SH mengatakan, dalam rapat tersebut pihak akan membahas terkait cara penanganan pelanggaran pemilu Tahun 2024.


"Kita akan ekspos khusus untuk penanganan pemilu yang akan dilaksanakan tahun 2024," jelasnya. 


Atina berharap, seluruh Panwascam yang hadir agar mengikuti Rapat kerja teknis tersebut dan mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pemateri dari Bawaslu Provinsi NTB. 


"Paswascam harus serius mengikuti kegiatan ini serta memahami apa yang disampaikan Pemateri dalam pengawasan dan penanganan Pelanggaran pemilu," kata Atina Sembari membuka secara resmi Rapat Kerja Teknis.


Rapat tersebut dihadir oleh Ketua Bawaslu Provinsi NTB, Koordinark Sekretariat Bawaslu Kota Bima, Panwascam Se Kota Bima. 


#Pena Bumi

Kamis, 11 Juli 2024

KPK Diminta Usut Keterlibatan Sekda, Eliya dan Maqdis Terkait Kasus Korupsi Muhammad Lutfi

  


Bima, Inside Pos,-

Sejumlah orang yang tergabung dalam Rakyat Peduli Anti Korupsi (RPAK) meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut tuntas kasus suap dan gratifikasi yang menjerat mantan Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi.

Pasalnya kasus yang menjatuhkan Lutfi dengan hukuman penjara 7 tahun itu juga menyeret nama Sektretaris Daerah (Sekda), Kota Bima, Muhktar Landa, Istri Muhammad Lutfi, Hj. Eliya dan Muhammad Maqdis (mantan Ipar Eliya).

"Menurut kami, KPK tidak tuntas menyelesaikan kasus korupsi di era Muhammad Lutfi, maknanya kami meminta KPK untuk mengusut tuntas," kata Direktur RPAK, Muhlis, Kamis, (11/7/2024).


Pria yang akrab disapa Ronal ini mengungkapkan nama-nama tersebut terindikasi terlibat. Bahkan ketiganya memiliki perannya masing-masing. Peran Sekda Kota Bima sangat jelas memerintah Agus Salim untuk membakar dokumen dan handphone demi menghilangkan alat bukti.

"Sekda Bima Mukhtar Landa jelas ikut dan turut serta dalam kasus ini dengan memerintahkan Agus Salim untuk membakar serta menghilangkan alat bukti," tuturnya l.

Sementara istri Muhammad Lutfi, Eliyan Alwaini dan Muhammad Maqdis berperan sebagai pengatur proyek. Ronald menilai Muhammad Lutfi bukan pelaku utama. Karena pelaku utamanya adalah, Muhtar Landa, Eliya dan Muhammad Maqdis.

"Untuk itu kami meminta KPK untuk meneruskan proses dugaan kasus tindak pidana korupsi di Kota Bima ini. Harus dituntaskan," katanya.

Ronald menegaskan dalam beberapa hari kedepan, RPAK akan menggelar aksi unjuk rasa dan menyampaikan surat kepada KPK untuk membuka kembali kasus suap dan gratifikasi yang melibatkan Sekda Kota Bima, Eliya Alwaini, dan Muhammad Maqdis.

"Kami akan mengawal kasus jilid II ini sampai tuntas," pungkasnya.

Sejak berita ini ditulis hingga diterbitkan Sekda Muhktar Landa, belum memberikan jawaban. Termasuk Eliya dan Muhammad Maqdis.

#Pena Bumi 

Sabtu, 06 Juli 2024

Temu Kangen Alumni Jogja, Iqbal-Dinda Ingin Bangun Indonesia dari NTB



Kota Bima, Inside Pos,-

Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri menghadiri acara temu kangen alumni Jogja Bima di hotel Mutmainah, Kota Bima, Jumat malam (5/7).


Kegiatan yang dihadiri ratusan orang ini dibalut dengan suasana khas Jogja, dengan tema ’Tombo Kangen Konco Dewa Alumni Jogja-Bima’. 


Iqbal mengapresiasi semangat alumni Jogja hadir dalam acara temu kangen. Pria asal Lombok tengah ini berkelakar bahwa alumni Jogja memiliki ciri khas yang langsung bisa dikenali. 


”Ada beberapa ciri-cirinya, pertama ndeso, sentimentil, dan surviver,” kata dia disambut tawa para alumni.


Dia menyebutkan, dalam berpolitik, alumni Jogja punya etika, tidak mudah jatuh, dan mampu survive. 


”Seperti sekarang ini, mereka mampu menemani saya dalam krisis. Tidak gampang menyerah. Jadi, saya bangga dan berterima kasih kepada alumni Jogja yang mendampingi saya setiap saat,” ucap Iqbal.


Iqbal pun menyampaikan motivasi sehingga dia pulang kampung dan maju di Pilgub NTB. Dia mengaku semata-mata ingin memenuhi panggilan jiwa ini. Sehingga dia mencoba berikhtiar maju jadi calon Gubernur NTB.


”Saya ditawari jabatan dan saya gak terima jabatan baru itu, karena saya ingin pulang kampung,” ujarnya.


Dia mengungkapkan bahwa sudah lama punya niat dan bercita-cita menjadi calon gubernur. Namun dia memutuskan untuk maju di saat karirnya sedang bagus. 


”Intinya, saya bercita-cita (maju di Pilgub NTB) di puncak karir saya, bukan saat saya pensiun. Karir saya sebenarnya masih belasan tahun. Ini cita-cita lama. Dan saat yang saya pikirkan lama itu sudah tiba. Ini waktunya untuk pulang, kapan lagi?,” ujarnya.


Iqbal lalu menyampaikan niatnya kepada anak dan istri. Setelah diayakinkan, keluarganya menjadi orang pertama yang mendukungnya.


”Saya tertarik dengan kewenangan gubernur. Bisa melakukan perubahan dan perbaikan. Ini sebagai jalan pengabdian dan menggunakan kewenangan ini sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat,” ungkap Iqbal. 


Karena itu, dia meminta dukungan dan mengajak alumni Jogja berjuang bersama dalam ikhtiar ini. 


”Saya mohon doa restu ke teman-teman. Saya yakin, teman-teman mendukung teman yang layak didukung,” kata dia.


Iqbal juga mengutarakan keinginan untuk membangun indonesia dari NTB. Di usianya yang sudah puluhan tahun, NTB belum bisa keluar dari provinsi yang IPM-nya rendah. 


”Kita butuh cara-cara baru, khasanah baru, eksperimen baru untuk mengembangkan NTB. Kemungkinan ada potensi yang perlu dieksplor,” ujarnya.


Menurutnya, membangun NTB tidak hanya dengan mengandalkan APBD. Ke depan NTB harus mencari pembiayaan alternatif. ”Jadi, kita harus buat program-program yang menonjol nilai sosial ketimbang  ekonominya. Lembaga-lembaga yang mungkin jumlahnya ratusan bisa menjadi mitra kita. Mana pembangunan yang sifatnya komersial, kita mencari partner yang swasta,” ujarnya.


”Dengan begitu, kita gandeng investor luar negeri. Itu pernah dilakukan di Kalimantan. Kalau kita bisa memnbangun program yang fisibel, investor akan mencari kita,” sambungnya.


Dia menyinggung pula kesenjangan pembangunan di Pulau Lombok dan Sumbawa. Bagi dia, ini disebabkan mobilitas rendah. Iqbal mengaku pernah menempuh perjalanan dari Ampenan sampai Sape dengan menghabiskan sekitar 15 jam. 


”Karena mobilitas rendah, maka penyebaran potensi-potensi terhambat. Seharusnya yang harus dilakukan adalah memperbaiki mobilitas, jalan by pass atau semacamnya agar mobilitas cepat,” ujarnya.


Dia mencontohkan di sektor pelabuhan. Menurutnya, NTB memiliki banyak pelabuhan. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan maksimal. 


”Apalagi kalau kita bagi pelabuhan. Misalkan di Lombok pelabuhan kontainer, pelabuhan komoditi  adanya di Pulau Sumbawa. Kalau sudah seperti ini kita tidak lagi pikirkan APBD,” jelasnya.

 

*Gandeng Dinda Atas Saran 87 Tuan Guru*

 

Selama ini, Lalu Iqbal kerap disematkan dengan bakal calon gubernur jomblo. Di saat yang lain sudah memutuskan pasangannya di Pilgub NTB, Iqbal terlihat masih sendirian terpampang di baliho-baliho.


Tetapi baru-baru ini Iqbal memutuskan melamar Dinda sebagai bakal calon wakil gubernur (Cawagub) NTB. Dia menceritakan, ketika pulang kampung, dia ingin mempersembahkan pasangan yang berdiri di atas semua golongan, semua kelompok, dan semua suku. 

”Pikiran saya beralih ke Dinda,” ungkapnya.


Sebelum memutuskan itu, Iqbal mengaku berkeliling dan mengunjungi 87 tuan guru di Pulau Lombok. Setiap berkunjung, dia mengutarakan keinginannya untuk maju di Pilgub NTB.  Para tuan guru pun memberi semangat dan mendoronya. 


”Saya tanya tuan guru yang tidak punya background berpolitik. Saya tanya juga siapa yang layak mendampingi, mereka menjawab batur (teman) Bima,” beber Iqbal.


Dia lebih spesifik bertanya siapa orang Bima yang bisa berjuang bersamanya di Pilgub NTB. Puluhan tuan guru ini kompak menyebut Dinda.


”Saya tanya spesifik, siapa? Dan semuanya menjawab Umi dinda. Tidak ada satupun yang dissenting opinion. Semuanya aklamasi menjawab Umi Dinda,” ujarnya.


Iqbal melemparkan candaan bahwa orang Lombok Tengah dan Bima ini ada perasaan saling mengasihani. Sejak berdirinya NTB, orang Lombok Tengah tidak pernah ada yang menjadi gubernur. 


”Saling mengasihani saudaranya di Bima, karena sejak dae Reso (mantan Gubernur NTB Harun Alrasyid) terakhir, belum ada juga yang jadi gubernur atau wakil gubernur. Jadi merasa ada saling prihatin atau saling mengasihani,” kelakar Iqbal.


Dia kembali menegaskan bahwa keputusannya memilih Dinda sudah final. ”Saya diarahkan alam semesta, melamar bu Dinda untuk mengajak beliau berjuang bersama dengan saya dalam perjuangan yang panjang,” tandasnya.

 

*Dinda Nyatakan Komitmen Jadi Cawagub Iqbal*


Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri akhirnya menjawab kepastiannya maju menjadi Cawagub NTB bersama Lalu Iqbal. Dia mengaku sudah menyampaikan komitmennya kepada Iqbal untuk berjuang bersama di Pilgub NTB. 

Dia menyampaikan terima kasih kepada Iqbal yang sudah beberapa hari keliling di Bima. Di mana, setiap pertemuan masyarakat, Iqbal selalu menyampaikan akan menggandeng Dinda dalam Pilgub ini. 


”Terima kasih sudah beberapa hari di Bima kanira ncai (buka jalan),” kata Dinda.


Dinda mengaku masyarakat Bima, Bima Kota, dan Dompu memberikan semangat agar dirinya maju dalam Pilgub NTB. Setelah dipertimbangkan, dia akhirnya memutuskan untuk berjuang bersama Iqbal. 


”Saya sudah menyampaikan komitmen kepada beliau (Iqbal), siap membantu beliau, siap berjuang bersama dan berikhtiar bersama. Saya harap teman-teman juga memberikan dukungan positif bersama-sama membangun daerah,” tandas bupati Bima dua periode ini. 


#Pena Bumi

Kepala pelaksana Baznas Kota Bima Mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H

Kepala pelaksana Baznas Kota Bima Rangga Iskandar Julkarnain, S.Pd.I, M.Pd mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H

Rabu, 03 Juli 2024

Drs. Efendi H. Ibrahim MM Mengucapkan Selamat Hari Jadi Bima ke 384 Tahun

 

Drs. Efendi H. Ibrahim MM Mengucapkan Selamat Hari Jadi Bima ke 384 Tahun. 

HM Qurais Dukung dan Siap Menangkan Iqbal-Dinda di Pilgub NTB



Kota Bima, Inside, Pos,-  

Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal dan Hj Indah Dhamayanti Putri mendapat dukungan dari tokoh Bima. Salah satunya mantan Wali Kota Bima dua periode HM Qurais H Abidin.


Dia menyatakan dukungannya dan siap berjuang memenangkan pasangan Iqbal-Dinda di Pilgub NTB, November nanti. "Saya sangat mendukung pasangan Iqbal-Dinda," kata Qurais, Rabu (3/7).


Qurais bukan sekadar mendukung secara lisan, namun dia berkomitmen secara totalitas memenangkan Iqbal-Dinda. 


"Saya siap berjuang bersama-sama seluruh masyarakat Bima untuk memenangkannya," tegasnya.


Dia mengaku kenal dengan Iqbal-Dinda. Baginya, sosok Iqbal-Dinda dinilai menjadi pasangan ideal. Karena mewakili Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.


Di samping itu, keduanya memiliki pengalaman mumpuni di birokrasi. Lalu Iqbal dengan pengalamannya sebagai juru bicara Menteri Luar (Menlu). Sedangkan Dinda sebagai bupati dua periode.


Gabungan dua pengalaman ini, menurut Qurais, sangat dibutuhkan untuk membangun dan memajukan NTB ke depannya.


 "Kita harus memenangkan agar NTB lebih berkembang," ujarnya.


Dia meyakini Iqbal-Dinda mampu membawa NTB lebih melejit lagi. Terlebih, Iqbal memiliki komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat. Begitu pula dengan Dinda, yang dinilai punya kemapanan dalam memimpin daerah. Sehingga, keduanya memiliki kesamaan pandangan dalam memimpin NTB.


"Sosok pemimpin seperti ini yang diharapkan NTB. Jadi, saya sekali lagi akan turun dan bergerak bersama-sama memenangkan Iqbal-Dinda," tegasnya.


Diketahui, Bakal Calon Gubernur NTB Lalu Iqbal beberapa hari lalu telah menyampaikan ke publik akan berpasangan dengan Bupati Bima dua periode Indah Dhamayanti Putri. Politisi Partai Golkar yang akrab disapa Ummi Dinda ini dinilai memiliki kesamaan pandang membangun NTB.


#Pena Bumi

Senin, 20 Mei 2024

Hari ini, DPC Demokrat Bima Tutup Pendaftaran Balon Bupati dan Wakil Bupati Bima


Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bima, Misfalah, S.Pd


Bima, Inside Pos,-

Partai Demokrat Bima tutup Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Bima, Senin 20/5/2024 pada Pukul 00.00 nanti. Hal itu sesuai hasil rapat internal Satgas Penjaringan beberapa waktu lalu. 


Ketua DPC Demokrat Bima,  Misfalah, S.Pd melalui pesan WhatsApp mengaku hari ini jadwal penutupan pendaftaran Balon Bupati dan Wakil Bupati Bima. Hal itu dilakukan untuk mempercepat tahap survey yang memakan waktu cukup banyak. 


"Kita tutup pukul 00.00 malam nanti. Kita lanjutkan ketahapan sesuai petunjuk DPP Demokrat di Jakarta," tulisnya, Senin 20/5/2024


Kata Misfalah, tahap selanjutnya DPC Partai Demokrat Bima akan melakukan survey terhadap Balon Bupati dan Wakil Bupati Bima. Tujuannya, agar dapat mengakses informasi terhadap calon mana saja yang memiliki elektabilitas tinggi di masyarakat. 


"Kita sudah siapkan perangkat survei. Tinggal kita jalankan. Nantinya kita akan mengirim data nama hasil survei ke DPP Demokrat," terangnya. 


Misfalah juga menegaskan, Partai Demokrat belum saat ini menentukan siapa bakal calon yang akan di usung. Baik Calon Bupati maupun Wakil Bupati. 


"Semua ada ditangan DPP berdasarkan hasil survei ditingkat daerah," tutupnya


#Pena Bumi

Selasa, 14 Mei 2024

Dua Puluh Mei Partai Demokrat Bima Tutup Pendaftaran Balon Bupati dan Wakil Bupati

 

Bima, Inside Pos,-

Partai Demokrat Kabupaten Bima telah  membuka pendaftaran Bakal Calon (Balon) Bupati dan Wakil Bupati pada 2 Mei 2024 lalu. Penutupan pendaftaran dipercepat hingga 20 Mei 2024 ini. 


Ketua Satgas Penjaringan Balon Bupati dan Wakil Bupati, Nukrah, S.Sos menjelaskan, penutupan pendaftaran Balon akan dilakukan tanggal 20 Mei. 


"Di Sekretariat sudah ada tim Satgas yang siap melayani pengambilan dan pengembalian berkas lamaran balon," jelasnya dalam rapat kemarin, Senin 14/5/2024


Kata dia, sementara ini, baru Muhammad Putera Feriyandi, S.Ip, M.Ip yang baru mengambil berkas pendaftaran sebagai Balon Bupati Bima di partai Demokrat. 


"Partai Demokrat terbuka untuk siapa saja yang ingin mendaftar. Siapa yang nanti survey tinggi dan mendapatkan rekomendasi DPP Demokrat di Jakarta itu yang kami usung," terangnya seraya menambahkan 


"Form isian bakal calon sudah disiapkan di sekretariat Kantor Demokrat Kabupaten Bima di Desa Talabiu Kecamatan Woha, jalan lintas Bandara Muhammad Salahudin. Tidak boleh titip diluar kantor sekretariat kami," tutup Nukrah 


Pena Bumi



Rabu, 08 Mei 2024

Niat Selamatkan Terduga Pelaku Chat Pornografi Dari Amukan Warga, Masdin Malah "Dipolisikan"


Bima, Inside Pos,- 

Masdin, Mantan Legislatif Kabupaten Bima di Polisikan oleh orang tua terduga pelaku chat Pornografi kepada anak bawah Umur. Peristiwa itu terjadi pada 22 April lalu. Niat awal membantu terduga pelaku dari amukan massa, malah Masdin dilaporkan. 



 Masdin, sebagai tokoh masyarakat setempat, harus berhadapan dengan pelaku asusila dan keluarganya, Ia di tuduh telah menganiaya Ibu pelaku karena dituduh memukul pelaku. separah itu lah opininya. Masdin membantah, itu tidak benar,  bukan begitu peristiwanya

 

"Saya belum sempat melihat muka pelaku pada malam kejadian, apalagi di tuduh menghabok nya ? karena saya tidak bersama dengan pelaku di tempat kejadian perkara,  si pelaku sudah di amankan dalam rumah korbannya sedangkan saya di luar," jelasnya


Dijelaskannya, saat  di TKP, Masdin menilai ada potensi yang menggangu Kamtibmas. Akhirnya ia inisiatif menghubungi anggota Polsek Bolo untuk mengamankan keadaan di di desa Tambe,


"Karena saya menghubungi Polsek Bolo, Ibu As (orang tua terduga) merasa kesal dan benci ke saya, langsung berkata, Chating itu perbuatan iseng dan maen-maen tidak perlu panggil polisi. Saya mau masuk melihat keadaan pelaku di dalam rumah, saya di cegat lalu di serang  oleh Ibu As, dengan menarik leher baju saya sampai robek dan saya jatuh tersungkur,  lalu dia menyerang alat kelamin saya. Sarung saya melorot kebawah sehingga saya telanjang badan. Karena diserang, maka saya harus menyelamatkan jiwa, kehormatan dan martabat saya dengan melemahkan ibu As," ungkapnya. 


Sebagai manusia yang waras, saya tidak mungkin berbuat melampaui batas atau menganiaya seseorang tanpa sebab saya menganiaya, orang gila saja tidak sembarangan menganiaya orang lain bila dia tidak merasa terganggu dan terusik, tegas sosok yang suka membantu warganya tersebut 


"Tidak mungkin saya melakukan tindakan melawan hukum jika posisi saya tidak terdesak dan terancam. Ibu As menjatuhkan kehormatan saya didepan warga dengan menyerang saya terlebih dahulu," akunya


Politisi milik desa Tambe itu, mengaku akan menghadapi proses hukum dengan sungguh-sungguh, bukan saja karena membela diri, saya sudah membuat laporan, pengaduan hukum yang sama. telah menyerang, menganiaya dan merusak barang, serta menjatuhkan martabat saya di muka umum.


"Kejadian tidak di tempat tertutup dan sepi atau gelap gulita. Banyak saksi yang melihat langsung kejadian saat itu, Janganlah orang yg tidak di lokasi asal bicara yang bukan-bukan. dan Polisi agar mengolah TKP dengan telitif dan komperehensif demi kebenaran dan keadilan " Tutur Masdin.


#Pena Bumi

Senin, 06 Mei 2024

Maju Pilkada Bima, Dae Yandi Mendaftar di Partai Demokrat

 

Pengurus Harian Golkar Kabupaten Bima, Senin 6/5/ 2020 hari ini mendaftar bakal Calon Bupati Bima, Muhammad Putera Feriyandi, S.Ip, M.Ip di Partai Demokrat Bima. 

Bima, Inside Pos, 

Muhammad Putera Feryandi, S.Ip, M.Ip (Dae Yandi), Senin 6/5/2024 dipastikan maju sebagai Calon Bupati Bima Periode 2024-2029. Hari ini, Pengurus Harian Golkar Kabupaten Bima bertandang ke Kantor Demokrat Kabupaten Bima untuk mendaftarkan Dae Yandi sebagai Calon Bupati Bima. 


Wakil Sekretaris Bidang Organisasi Golkar Bima Dafullah, S.Pd, M.Pd menjelaskan sudah lima partai Dae Yandi Mendaftar sebagai bakal calon Bupati Bima. Diantaranya, Demokrat, Nasdem, PDIP, PPP dan PKB. 




"Kami sudah mendaftar ke lima partai. Kami berharap semuanya mengusung Dae Yandi menjadi Calon Bupati Bima terutama untuk Partai Demokrat," terangnya


Kata Dafullah, Dae Yandi telah resmi diusung oleh partai Golkar. Hal itu sesuai rekomendasi dari DPP Partai Golkar di Jakarta. Pihaknya optimis, Golkar mendapatkan keuntungan dari pilkada mendatang. 


"Golkar sudah mendapatkan 9 kursi Legislatif. Ini menjadi tolak ukur kemampuan Golkar di Bima membangun daerah sehingga mendapatkan posisi lebih dari masyarakat," cetusnya. 


Tidak hanya itu, Dafullah menjelaskan sudah intes melakukan komunikasi hampir ke seluruh partai sebagai kendaraan Dae Yandi di Pilkada. 


"Kami di Golkar serius membangun daerah Bima ini. Posisi 4 Periode kepemimpinan kader Golkar menjadi jalan kemudahan untuk meraih kemenangan lagi. Apalagi Dae Yandi juga menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bima" tutupnya


Kepala Bapillu DPC Partai Demokrat, Amirullah apresiasi atas kedatangan pengurus harian Golkar di Kantor Partai Demokrat di Woha. Kata dia, Demokrat Bima menerima berkas Dae Yandi untuk ditelaah secara internal.


"Nanti kita menunggu petunjuk dari DPP untuk rekomendasi bakal calon mana yang akan diusung. Kita Kader wajib mendukung siapapun yang mendapatkan rekomendasi nanti," terangnya. 


Pendaftaran Dae Yandi di partai Demokrat diwakilkan oleh pengurus harian dan dihadiri hampir seluruh anggota DPRD Kabupaten Bima. 


#Pena Bumi


Pihak SPBU Raba Kodo Bantah Isu Hoaks Oleh Akun Ar Dian

 

Pihak Pertamina Bima turun Cek SPBU Raba Kodo, Senin 6/6/2024. Hasilnya Normal dan aman untuk digunakan kendaraan


Bima,  Inside Pos, 

Manajemen SPBU Raba Kodo-Woha bantah isu hoaks yang di-posting akun FB AR Dian. Dalam tulisannya, Ar Dian mengaku motor yang dibawa ke bengkel terdapat aroma minyak tanah. Postingannya itu dilakukan pada, Minggu 5/5 kemarin. 


Merespon postingan itu, managemen SPBU langsung koordinasi dengan pihak Pertamina Bima. Manager SPBU Raba Kodo, Syahbudin mengaku kaget membaca postingan akun Ar Dian. 


"Untuk membuktikan itu, kami meminta pihak Pertamina untuk periksa SPBU kami untuk memastikan adanya campuran minyak tanah dalam pertalite," terangnya, Senin 6/5/2024


Kata dia, setelah dilakukannya pengecekan secara menyeluruh dari tim Pertamina, hasilnya tetap normal dan aman. Tidak ada campuran apapun. 


"Kami memastikan isu yang di-posting akun tersebut hoaks alias palsu. Kami menduga postingan itu ingin menjatuhkan bisnis SPBU kami," ungkapnya


Syahbudin juga mengaku sudah hubungi pemilik akun Ar Dian, dari pembicaraannya terlalu berbelit-belit. Tidak jelas arah pembicaraannya. 


"Walau pemilik akun sudah minta maaf tapi ini sangat merugikan kami pihak SPBU. Apalagi informasi yang kami dapatkan jika motor yang di-posting itu bukan milik akun tersebut," akunya


Ia juga berharap kepada warga Bima untuk tidak termakan isu hoaks itu. Karena pemilik akun tidak bisa bertanggungjawab atas postingannya. 


"SPBU kami sangat aman. Tidak ada masalah apapun. Intinya itu isu hoaks," pungkasnya 


#Pena Bumi





Rabu, 01 Mei 2024

Wajah Baru Praktik Korupsi di Era Birokrasi Patrimonial

 

Dr. Alfisahrin, M.Si (antropolog politik)

Wakil direktur III Politeknik MFH dan Staf Pengajar Ilmu Sosial politik dan Komunikasi Upatma Mataram.


Mataram, Inside Pos,-

Opini: Dr. Alfisahrin, M.Si


Kasus korupsi di era birokrasi modern merupakan sebuah fenomena patologi sosial politik yang cukup memprihatinkan karena telah mengakibatkan kerugian negara mencapai 230 triliun tahun 2023. Maraknya korupsi di Indonesia menyebabkan rendahnya investasi, mendistorsi alokasi sumber daya dan menurunkan produktivitas belanja publik dan parahnya mendegradasi kualitas pembangunan.  Praktek korupsi yang kini tengah menggila di kalangan penjabat negara ditengarai terjadi banyak faktor dari soal gaya hidup hedonistik hingga perilaku serakah (corruption by greedy). 


Terbaru kasus Harvey Moeis suami artis Dewi Sandra  yang melakukan korupsi 171 triliun cukup menyita perhatian publik di tanah air. Perilaku korupsi dalam beragam bentuk, pola dan modusnya pun semakin canggih dan kreatif, Sungguh ironis hanya karena urusan di atas dan di bawah perut banyak penjabat negara rela gadaikan integritas dan terjerat kasus korupsi. Ada pejabat yang rela disuap, mau diberi gratifikasi, melakukan mark up dan menagih fee proyek pada kontraktor.


Tidak terhitung berapa banyak operasi tangkap tangan yang telah dilakukan KPK dan menjebloskan para koruptor ke jeruji besi namun kenyataannya sanksi hukum yang berat pun tidak memberi efek jera dan menyurutkan niat korupsi pejabat negara di Indonesia.  Praktek kotor korupsi dan suap dalam birokrasi kita telah mengakar dan meggurita di hampir semua level pelayanan birokrasi dari pemerintah pusat  menyebar hingga ke daerah tanpa kendali. Tidak heran publik pun kehilangan trust/kepercayaan dan legitimasi etik dan moral terhadap penyelenggara negara.  Rentetetan kasus demi kasus korupsi yang terjadi  di tanah air tidak pernah menjadi pelajaran berharga tentang cacat dan  tercelanya perilaku   korupsi. Kejahatan korupsi sudah dianggap sebagai peristiwa biasa yang lazim terjadi atau banalitas dalam istilah Hannah Arrendt Sehingga lembaga-lembaga anti korupsi yang dibentuk seperti KPK, kejaksaan, serta kepolisian ikut  frustrasi dan kehilangan akal dalam mencari-cari akal untuk memberantas praktek buruk korupsi di negara.

 

Korupsi merupakan permasalahan pokok dan tema sentral  dalam isu birokrasi Indonesia dan  praktek korupsi sebagai sebuah kejahatan ekstra ordinary crime (kejahatan luar biasa). Saat ini episentrumnya peristiwanya tidak lagi sekedar monoton  terjadi pada  penjabat elite di pemerintah pusat tetapi penyakit korupsi pun telah  menjadi wabah dan bencana pada unit-unit kekuasaan mikroskopik (terkecil) seperti di pemerintah desa. Dalam catatan KPK korupsi dana desa mencapai 529 kasus tahun 2024. Sebaran kasus korupsi juga trennya semakin  meluas dan  meningkat di sektor pendidikan bahkan dalam kurun waktu 6 tahun terkahir negara mengalami kerugian 1, 6 triliun dari korupsi pendidikan. Jadi hampir  tidak ada lagi institusi birokrasi negara yang bersih, tidak tercemar dan terlibat dalam praktek korupsi. Pertanyaanya, kepada siapa lagi kita dapat berharap, sekelas lembaga pendidikan seperti universitas sebagai benteng moral dan penjaga  etik pun di dalamnya menjamur praktek korupsi. Sehingga tidak terhitung berapa banyak rektor, dekan, dan penjabat kampus yang terpaksa duduk meringkih sebagai pesakitan di pengadilan karena diringkus KPK akibat skandal korupsi. 


Terbaru KPK bahkan merilis sejumlah nstansi atau lembaga pemerintah terkorup di Indonesia tahun 2023, Lembaga ini dianggap produktif menyumbangkan para koruptor urutan pertama, ditempati pihak swasta (404 tersangka), kedua, pejabat pelaksana eselon 1 sampai 4 (351pejabat/persangka)-  ketiga, Lembaga legislatif (DPR) (344 tersangka). Keempat, Gubernur/walikota (176 tersangka). Kelima, Hakim (31 tersangka) dan keenam, pengacara (18-orang tersangka). Ketujuh komisioner dan korporasi ( delapan tersangka), Depalan, jaksa (11 tersangka) dan polisi (5 orang tersangka).

Gurita korupsi ini semakin mengkonfirmasi betapa buruknya tata kelola birokrasi pemerintah dan pelayanan publik di negara kita. Hampir semua sektor ada korupsi dan koruptornya bahkan nyaris setiap jenis pelayanan ada upahnya (gratifikasi). Oknum penjabat negara tidak ubahnya predator yang memanfaatkan relasi kuasa dan otoritas sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri dan kerabat. Birokrasi kita kini menjadi sarang korupsi dan  seolah berjalan secara mekanis karena menjadi alat untuk mengeruk uang bagi penjabat. 


Aspek  pelayanan humanis dari birokrasi seperti altruis, total, berkualitas dan memuaskan  sudah sukar ditemui dalam wajah birokrasi kita. Ruang-ruang elite birokrasi memnjam istilah Gregory Losanov sudah ‘diorkestrasi’ oleh pejabat-pejabat feodal yang dikendalikan seperti robot oleh fitur-fitur kontrol penguasa. Mereka umumnya menghamba penuh pada kekuasaan dan dirinya sendiri tanpa banyak perduli pada nasib rakyat. Kondisi buruk ini terjadi menurut saya karena birokrasi tidak lagi diterjemahkan secara esensial sebagai fasilitas untuk memajukan kesejahteran umum dan sarana untuk meningkatkan kepuasan publik terhadap kinerja kekuasaan. Birokrasi sebagai mesin pelayanan public harusnya  tidak boleh menempatkan diri sebagai korporasi yang mind set nya berdagang dan jual beli jasa dalam mengurus dan mengatur kepentingan rakyat.  Sebaliknya birokrasi sebagai sebuah struktur meminjam istilah Jean Claude Levistrauss  harus melayani rakyat sesuai fungsi, azas, dan prinsip  profesionalitas bukan ambil untung pribadi dan rugikan kepentingan rakyat. 


Carut marut dan gentingnya korupsi yang mengepung seluruh episentrum birokrasi di Indonesia semakin membenamkan  kekuasaan politik negara kepada praktek klepto-birocracy atau birokrasi yang di kelola dan diatur oleh para bandit pencuri. Kondisi gawat dan genting korupsi akibat ulah pejabat korup oleh Giorgio Agamben Filsuf politik Italia menyebutnya dengan ‘ situasi kedaruratan’ negara. 


Jenuh, kaget, geram bahkan frustrasi setiap hari kasus korupsi menyeruak muncul di berita-berita tv dan koran padahal upaya-upaya preventif pencegahan korupsi bahkan  meningkat 37, 09 persen dengan  anggaran mencapai  1, 3 rriliun pada tahun 2022 dan 1, 204 triliun 2023. Ada apa dan mengapa banyak orang-orang baik yang terdidik dan cendekiawan ketika berada dalam posisi dan panggung birokrasi bermental korup. Untuk menjawabnya saya teringat dengan dua sifat dari birokrasi yang digambarkan oleh filsuf besar Jerman karl Marx, pertama birokrasi  adalah organisasi yang parasitic dan kedua, eksploitatif. Oleh karena itu, ketika seorang ada dalam birokrasi dia bisa numpang hidup dalam tubuh kekuasaan dengan memanfaatkan kewenangannya (parasitk).


 Besarnya otoritas dan priveledge yang dimiliki sebagai pejabat tidak jarang menjadi sebuah kesempatan dan alasan untuk mengeksploitasi orang lain seperti meminta pungli,  fee, gratifikasi bahkan memeras. Menurut saya, birokrasi dalam perspektif kaum Marxisme merupakan isntrumen bagi kelas yag berkuasa (rulling class) untuk mengekspolitasi kelas yang lain (yang dikuasai). Dalam konteks demikian birokrasi berfungsi structural, kultural dan politis untuk mempertahankan priviledge dan status quo bagi kepentingan kelas kapitalis. Realsi kuasa yang kental antara penguasa dan penjabat negara yang pragmatis dan transaksional telah banyak memakan korban dan menjerumuskan sederet  nama beken pejabat tinggi negara seperti mantan Menpora Andi  Malaranggeng, Imam Nahrowi, Harun Masiku, Juliari Batu Bara, Johni G.Plate, dan yang teranyar dilakukan oleh Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo cukup mengguncang dan melukai batin masyarakat yang tengah dihimpit oleh aneka masalah pelik dalam negeri. 


Soal rendahnya harga jagung, tingginya harga beras, penggusuran di rempang, kebakaran hutan di Gunung Bromo dan kekeringan luas yang merambah banyak daerah menyebabkan banyak petani menderita kerugian karena gagal panen dan ancaman  jerat hutang yang menggunung menanti. Tiba-tiba di tengah hiruk pikuk dan lalu lintas peliknya masalah bangsa publik pun  dihantam berita besar korupsi mantan Walikota Bima HM.Lutfi yang resmi ditetapkan tersangka oleh KPK beberapa waktu yang lalu. Kejadian miris ini menjadi musibah dan petaka bagi pemerintah Kota Bima. H.Lutfi sosok yang dikenal ramah, politisi berpengalaman dan memiliki jam terbang di tingkat nasional tiba-tiba terjerembab dan jatuh  dalam pusaran korupsi yang mencengangkan. Perasaan iba dan simpati rasanya manusiawi dialamatkan kepada beliau. 


Akan tetapi itu tidak cukup untuk mencari tau akar dan sumber masalah, mengapa sekelas Walikota tajir melintir seperti H. Lutfi bisa ikut terseret dalam kasus tercela korupsi. Apakah ini murni tindak pidana korupsi semata atau ada keterlibatan permainan politik (political game) dari rival politiknya. Peristiwa dan kasus korupsi di Indonesia memang tidak an sich berdiri sendiri tetapi melibatkan banyak sekali variabel sosial politik dan ekonomi.


Saya menduga buruknya sistem partai  politik menjadi satu alasan maraknya praktek korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah. Biaya untuk membeli satu partai politik pengusung di bursa pencalonan di arena pilkada tidak murah bahkan sangat mahal. Calon dengan modal cekak tentu akan sulit  bertarung dan dengan sendirinya akan tersingkir dari gelanggang perebutan partai pengusung. Calon kepala daerah tentu tidak cukup hanya mengandalkan  satu partai politik saja sebagai modal menang tetapi butuh beberapa partai politik tambahan untuk memenangkan pertarungan di pilkada. Bukan rahasia umum jika mau jadi Gubernur, Bupati dan walikota di republik harus menyiapkan  puluhan hingga ratusan miliar uang pribadi. 


Dalam konteks ini politik dan segala aksesoris serta atribut permainannya tidak lebih dari sekedar orang  berjudi dan mengundi nasib. Ketika menang pun para politisi terpilih, mereka bukan lekas bergegas mengatur posisi dan strategi agar menyusun kebijakan yang mensejahterakan rayat melainkan segera berpikir bagaimana agar ongkos dan modal politk cepat kembali. Segala  cara pun  dilakukan dari jual beli jabatan, jual proyek, tarik fee proyek, mark up, penggelapan hingga proyek fiktif. Jadi menurut saya, Akar dan masalah korupsi kepala daerah bersumber dari biaya politik yang tinggi menyebabkan kepala daerah menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) yang dimiliki. 


Faktor lain adalah intensifnya kerabat dan keluarga ikut serta mengatur, memengaruhi dan memutuskan kebijakan-kebijakan strategis birokrasi seperti mengatur proyek, menetukan pemenang tender, dan mengatur pejabat yang mengendalikan anggaran strategis. Tidak jarang dapur inti birokrasi terutama di birokrasi daerah diatur oleh  kerabat dekat seperti istri, ipar, mantu dan kolega. Ini juga terungkap dalam kasusu korupsi eks Walikota Bima HM Lutfi dalam dalam fakta persidangan di pengadilan  tipikor   Mataram. 


Pentetrasi kepentingan kerabat penguasa dalam birokrasi menjadi sumber utama masalah korupsi karena fungsi dan  aturan ketat pengawasan dalam birokrasi macet (disfungsi) tidak berjalan karena adanya hubungan darah dan genealogis kekerabatan (patrimonial). Rata-rata korupsi dalam dinasti politik terjadi karena kekuasaan diatur dalam relasi dan ikatan-ikatan kekerabatan yang disebut dengan (patrimonialistik). Kasus ini juga terjadi pada  kasus korupsi dinasti politik  Ratu Atut di Banten,  Dodi Reza Alex Nurdin di Sumatera, Fuad Amin di bangkalan,  Syaukani Hasan Rais di Kutai, Sri Hartini di KlatenAtty Suharti di Cimahi dan Puput Trantiana di Probolinggo. Rentetan  peristiwa korupsi dari dinasti-dinasti politik ini tidak hanya mengguncang legitimasi pemimpin terpilih dan birokrasi pememrintah yang terhormat  tetapi juga melahirkan pertanyaan mengenai masa depan demokrasi Indonesia. tidak ada birokrasi di negeri ini yang luput dari jenis penyelewengan. Korupsi telanjur melekat dalam struktur birokrasi Indonesia, bahkan sebelum terbentuknya republik ini.

Dengan kata kata lain, birokrasi pemerintah telah berubah menjadi sumber kekuasaan dan kekayaan pejabat, baik melalui penjarahan uang dan kekayaan negara maupun penindasan dan pemerasan rakyat. Sebab, fungsi penyelenggaraan pemerintahan bukan lagi untuk kepentingan rakyat. Sejak lama maknanya ditransformasikan menjadi kekuasaan atas rakyat, seperti halnya negara menguasai kekayaan alam dan isinya. Sistem demikian mirip parasit dalam kehidupan bangsa dan negara. Kelangsungan hidupnya ditopang uang yang diisap dari rakyat.Hidup di bawah sistem demikian menjadi tidak nyaman. Ketika bayi lahir, misalnya, mesin pungutan liar sudah menunggu di kantor catatan sipil. Tanpa uang pelicin, akta kelahiran tidak akan keluar. Setelah sang bayi menjadi dewasa, ia akan berhadapan dengan praktik pungutan liar yang lebih ganas. 


Mulai dari mengurus kartu tanda penduduk, surat keterangan berkelakuan baik, paspor, surat nikah, hingga saat akan dimakamkan. Sepanjang  sejarah RI sudah beragam undang-undang, keputusan presiden, dan kebijakan politik yang diterbitkan, termasuk pembentukan tim dan komisi-komisi antikorupsi. Namun, seperti halnya film nasional, cukup membaca judulnya sudah dapat ditebak penutupnya. Semua berakhir gagal membasmi korupsi. Bahkan tidak berhasil mencegah derap majunya. Kalaupun masih ada yang optimistis dan menaruh harapan kepada aparat penegak hukum dan keadilan, mereka hanyalah pemimpi dan buta terhadap kenyataan. Hasil penelitian belum lama ini menunjukkan, tumor korupsi justru lebih ganas menggerogoti kedua lembaga tersebut.

Pergantian rezim, entah itu dari Orde Baru ke Orde Reformasi, dari militer ke sipil, dan kemudian kombinasi militer-sipil, tetap tidak mengubah birokrasi menjadi sehat. Max Weber menyebut birokrasi legal-rasional. Institusi yang menggerakkan masyarakat modern.Di era Reformasi, korupsi malah menjalar hingga ke lembaga legislatif. Banyak unsur pimpinan maupun anggota DPRD tingkat I dan II periode lalu terpaksa mendekam di penjara akibat menjarah uang rakyat. Di tingkat nasional, ketua DPR dan wakil ketua MPR juga sempat meringkuk di sel tahanan Kejaksaan Agung. Termasuk Gubernur Bank Indonesia. Ironisnya, mereka berkuasa dan memberi perintah dari balik terali besi tersebut. Tidak ada bangsa dan negara di dunia yang melakukan hal seburuk ini. Bahkan tidak ditemukan di negara yang dilanda perang saudara, seperti di Afrika.


Lantas dari mana semua sumber borok birokrasi ini?


Sejarah birokrasi di Nusantara bermula dari era tanam paksa. Namun, seperti ditulis JI (Hans) Bakker dalam Bureaucratization of Patrimonialism: Colonial Taxation and Land Tenure in Java, 1830-50, Cultuurstelsels (tanam paksa) tidak memodernisasi Jawa. Kebijakan kolonial memerintah secara tidak langsung cenderung memperkuat struktur kekuasaan lokal yang bersifat patrimonial. Akibatnya, seperti dikemukakan Clifford Geertz, hanya aspek administratif birokrasi yang dimodernisasi secara relatif, sementara struktur dasarnya tetap sama. Maka ketika tahun 1870 dilakukan upaya perubahan struktural dalam sistem politik di Pulau Jawa, sisa stelsel lama tersebut merintanginya. Upaya kolonial Belanda membangun birokrasi legal-rasional sebagian besar tidak efektif. Ditambah pendekatan yang lamban dan terlalu berhati-hati, Belanda gagal membentuk pemerintahan modern.


Dalam Patrimonialism, Involution, and The Agrarian Question in Java: A Weberian Analysis of Class Relations and Servile Labour, Bakker mencoba menjelaskannya lebih detail dengan menganalisis hubungan pusat-pinggiran. Antara kepentingan elite merkantilis di Belanda, yang diwujudkan dalam kebijakan indirect-rule, dengan kepentingan penguasa lokal mempertahankan kekuasaan yang bersifat patrimonial. Sosok birokrasi patrimonial itu sendiri menjadi jelas jika dibandingkan dengan birokrasi legal-rasional. Max Weber menyebut beberapa karakteristik birokrasi legal-rasional. Antara lain, pembagian kerja dan spesialisasi tugas, peraturan hubungan atasan-bawahan yang bersifat impersonal dan rasional, pemisahan antara milik publik dan pribadi, serta loyalitas birokrat pada perintah atasan yang bersifat impersonal. Sedangkan perekrutan didasarkan pada kualifikasi formal serta uji kemampuan. 


Dengan sendirinya penempatan seseorang pada jabatan tertentu ditentukan kemampuan dan prestasi. Sebaliknya dalam birokrasi patrimonial, pembagian kerja dan tugas tersebut tidak jelas. Hubungan atasan-bawahan bersifat personal, tidak membedakan milik publik dan pribadi, serta loyalitas kepada orang yang memegang jabatan di atasnya. Perekrutan didasarkan pada hubungan keluarga, perkoncoan, dan parpol. Demikian pula penempatan seseorang pada jabatan tertentu. Setelah terbentuknya RI, aspek legal-rasional diadopsi sebagai landasan birokrasi pemerintah, termasuk sumpah jabatan. Dalam Fall from Grace: The Political Economy of Indonesian Decay and Decline (2001), Dr Jason Abbott lebih cenderung menggunakan istilah neo-patrimonial. Dalam arti, dominasi patrimonial (Herrschaft) yang hidup di tingkat keluarga, desa, dan hubungan sosial lainnya diterjemahkan dalam sistem politik dan administrasi.


Wujudnya menjadi mirip hubungan patron-klien di desa, yang diperluas menjadi KKN dalam jajaran birokrasi. Dalam sistem yang lahir dan bertahan hampir dua abad ini, perubahan rezim hanyalah sebatas pergantian patron-klien yang berkuasa. Dengan sendirinya melanjutkan korupsi berjamaah. Sebab struktur dasarnya tetap patrimonialisme warisan kuno. Hal seperti ini juga berlangsung dalam birokrasi parpol. Untuk mencegah praktek buruk korupsi memang tidak mudah tetapi saya menyarakan perlunya penguatan kapasitas kelembagaan KPK, kemudian tingkatkan masa hukuman pelaku korupsi jangan mudah obral grasi, Terapkan hukuman mati,perbaiki sistem rekruitmen penengak hukum dengan menyeleksi pejabat berintegritas tinggi dan perkuat pengawasan dan hapus cela korupsi dengan pelayanan public berbasis on line agar tercipta clean government dan clean public service. 


***