Jumat, 27 November 2020

Masyarakat Donggo Sudah Cerdas, Pasti Akan Bulatkan Pilihannya Pada IMAN


Bima, InsidePos,- 


Demokrasi menjamin hak konstitusional warga negara untuk memilih dan dipilih. Tidak seorang warga negara pun boleh membatasi hak-hak warga negara untuk menyalurkan haknya. Karena hak tersebut sudah jelas diatur dalam konstitusional negara Indonesia. 


Menyimak pandangan saudara Arifudin, yang secara gamblang mengatakan bahwa H. Herman Alfa Edison ST (Calon Wakil Bupati Bima) belum tentu dipilih oleh masyarakat etnis Donggo. Dengan dalil masyarakat setempat sudah cerdas secara intelektual. 


Bagi penulis, pernyataan itu sangatlah keliru. Yang ada justeru masyarakat semakin cerdas. Secara psikis, masyarakat etnis Donggo telah membulatkan pilihannya tanpa ada keraguan pada Calon yang bertegline Bima Baru itu.


Melihat dinamika politik kabupaten Bima akhir-akhir ini. Dari ketiga Pasangan Calon (Paslon), hanya pasangan IMAN yang gencar mempromosikan program-programnya. Dua pasangan lain menurut penulis hanya pandai menjual aktivitas konfoi dengan melibatkan masayarakat. Tanpa memperhatikan aturan protokol covid-19.


Mereview sedikit kebelakang, pada saat momen pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati Bima. Ke tiga Paslon, dua diantaranya melibatkan masa yang cukup masif, hanya pasangan IMAN yang mematuhi aturan dan himbauan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) untuk tidak melibatkan banyak masa pada saat pendaftaran. 


Tentu ini bentuk kedewasaan dan pendidikan politik yang harus diapresiasi. Sebagai  intelektual, itu harus diakui sebagai peradaban baru politik di Bima.


Demokrasi itu hakikatnya ruang untuk menunjukkan ide dan pandangan. Bima ini harus berlabuh kemana 5  tahun kedepan? Pasangan IMAN dengan visi misi serta program yang jelas, merumuskan langkah untuk kedepan. 


Perspektif penulis, H. Herman AE ST, tidak pernah membawa nama "Suku Donggo" dalam Pilkada Bima ini. Apalagi mempolitisir "Suku Donggo" sebagai alat politik. Soal pernyataan beberapa orang yang mengajak masyarakat etnis Donggo bersatu untuk mendukung putra asli Donggo, itu hal lumrah. Sebab, itu sebagai rasa kebanggaan mereka terhadap putra asli.


Mestinya, saudara Arifudin, harusnya tabayun sebelum menyatakan pandangannya. Karena pandangan yang tidak berdasar justru menjatuhkan kewibawaannya sebagai intelektual dan akademisi. 


Sebagai contohnya, dia mengatakan masyarakat Donggo sudah cerdas. Masyarakat Donggo belum tentu memilih H. Herman. Pendekatan intelektual yang dia pakai tidak melihat realitas lapangan selama proses kampanye. Apa realitanya? Penulis sudah menjelaskan pada paragraf diatas. dimana satu-satunya Paslon Bupati-Wakil Bupati Bima yang gencar mempromosikan visi, misi dan program secara terukur hanya pasangan IMAN. 


Belum lagi dengan pendidikan politik yang baik. Pendekatan cerdas dan intelektual yang dipakai saudara Arifudin, justru terbantahkan melaui tampilan pasangan IMAN berdasarkan program dan pendidikan politiknya selama ini. Sekali lagi, jadi wajar masyarakat Etnis Donggo cerdas mendukung IMAN. Bukan karena label suku, tapi karena intelektual dan kecerdasan. 


Bagi penulis, saudara Arifudin senang bermain dengan halusinasi dan bacaan diatas kertas. Namun dia lupa jika referensi yang paling falid adalah realitas dan dinamika lapangan. Harusnya kedua variabel itu dibandingkan sebelum memberikan pandangan. Supaya tidak ditertawakan oleh masyarakat dan sesama akademisi.


Oleh: Kharismafullah (mahasiswa Pascasarjana Brawijaya Malang)


#tot

Tidak ada komentar: