Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Maret 2023

Penurunan Stunting, Bonus Demografi dan Keluarga Muda Membangun di Bima



Oleh : Ayyadana Akbar
Mahasiswa Program Magister Kependudukan Universitas Hasanuddin

Stunting kini menjadi isu besar yang mendunia. Disisi lain, Indonesia sudah, sedang dan akan selalu menyiapkan diri menuju indonesia emas. Kekuatan utamanya adalah bonus demografi dimana dapat dicirikan dengan rasio ketergantungan (depedency ratio) berada di bawah angk 50 atau dengan kata lain penduduk usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk Indonesia.

Data dan fakta Stunting

Tahun 2018 unicef menempatkan indonesia dalam urutan tertinggi ke-4 dalam kasus stunting. Sedangkan tahun 2020 UNiCEF menerbitkan laporan bertajuk situasi anak di Indonesia, mengutip riset tahun 2018 yang menemukan sebanyak 30,8 persen atau hampir 3 dari 10 anak berusia di bawah 5 tahun menderita stunting, sedangkan 1 dari 10 kekurangan berat badan atau terlalu kurus untuk usia mereka.

Demikian halnya ditahun 2019, perkembangan masih jauh dari nilai standar yang ditetapkan WHO yakni di bawah 20 persen dimana di Indonesi masih terdapat 27,7 persen balita yang mengalami stunting.

Mengacu pada data Indeks Khusus Penanganan Stunting yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Laporan Tahun 2019-2020, pada tahun 2019 Pangan 89,1, Perumahan 83,33, Gizi 80,34, Kesehatan 71,8, Pendidikan 41,0, Perlindungan Sosial 30,8. Sementara pada tahun 2020 tahun 2020 Pangan 88,8, Perumahan 83,9, Gizi 85,1, Kesehatan 73,1, Pendidikan 41,7, Perlindungan Sosial 30,0. Adapun total rata-rata dari 6 dimensi Indeks Khusus Penanganan Stunting sebesar 67,3.

Kemenkes RI pada tahun 2021 merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) bahwa terdapat 24,4 persen balita menderita stunting, sedangkan di tahun 2022 mengalami penurunan yakni menjadi sebesar 21,6 persen.  

Lebih mencengangkan lagi, bahwa Propinsi Nusa tenggara Barat (NTB) menempati urutan ke-4 tertinggi setelah NTT, Sulawesi Barat dan Papua.  Angkanya jauh melampau angka nasional yakni sebesar 31,4 persen di tahun 2021 dan 32, 7 persen di tahun 2022.

Sedangkan dari sumber yang berbeda yakni berdasarkan laporan rutin Elektronik-Pelaporan dan Pencatatan Gizi berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada posyandu di NTB menunjukan angka lebih rendah yakni sebesar 19,23 porsen tahun 2021 dan 16,9 di tahun 2022.

Di Kabupaten Bima sendiri mengacu ke angka e-PPGBM di september 2022 yakni sebesar 13,88 %, lebih rendah dari angka NTB bahkan lebih rendah dari target nasional di tahun 2024 yakni sebesar 14 persen.

Disinyalir bahwa pernikahan di bawah umur menjadi salah satu penyebab, dengan angka dispensasi nikah dari pengadilan agama Bima sebesar 276 kasus, tertinggi di NTB. Walau sudah melewati Target nasional, angka ini tentu saja bukan angka ideal yang jika di banding negara – negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang yang sudah mencapai pada angka di bawah 5 persen.

Keluarga Muda - Bonus Demografi

Jumlah penduduk kabupaten Bima hasil Sensus Penduduk tahun 2020 di dominasi oleh generasi muda, yang baru berkeluarga dan akan berkeluarga.  Generasi Y dan Z saja (lahir 1981-2010) telah mencapai angka 55 porsen dari total jumlah penduduk kabupaten Bima. Untuk itu maka generasi baru harus disiapkan, sehingga yang muncul adalah keluarga sehat, produktif dan memiliki kualitas. Di tangan generasi baru inilah nasib bayi yang baru lahir dan akan lahir ke depannya di tentukan.

Pembangunan keluarga muda berkualitas adalah prasyarat menuju indonesia emas. Stunting adalah salah satu tantangan dan akan sangat bermasalah bagi kualitas SDM.

Stunting diandaikan sebagai sebuah kondisi "gagal pertumbuhan dan perkembangan" yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (First Golden Periode).

Stunting dalam kaitan dengan masaalah Kualiatas SDM, disebabkan setidaknya tiga hal; pertama, suboptimal nutritional. Kedua, subotimal health, dan yang ketiga asuhan kurang optimal.

Selain stunting menjadikan generasi manusia gagal tumbuh, seperti dapat dilihat dari tinggi badan yang tidak optimal. Stunting juga sangat berpengaruh terhadap rendanya kualitas sumber daya manusia, baik pada peristiwa gagal berkembang sehingga menjadikan rendahnya kemampuan intelektual, maupun meningkatnya risiko penyakit tidak menular.

Oleh karena itu, stunting merupakan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas SDM untuk memanfaatkan jendela peluang atau "window of opportunity" ditahun 2030-2040 menjadi Bonus Demografi yang memerlukan penduduk usia produktif yang berkualitas.

Cegah Dini Stunting

Dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting, diperlukan upaya serius dalam penyiapan generasi muda yang akan menikah dan membangun keluarga baru. Mereka harus diberi konsep menikah dan berkeluarga secara memadai, salah satunya menyoal upaya memenuhi kebutuhan gizi dan kesiapan mental untuk hamil muda serta mencegah stunting.

Kenapa gizi sebelum hamil itu penting. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan cadangan di dalam tubuh sehingga pada saat memasuki kehamilan terhindar dari risiko kurang gizi dan mencegah komplikasi kehamilan. Untuk itu generasi muda yang menjadi calon pengantin, diperlukan pendampingan dan pemerikasaan kesehatan.

Waktu pemerikasaan ini tentu saja harus dilakukan sebelum menikah. Umumnya dilakukan pemeriksaan Hb untuk mengetahui kondisi anemia pada calon ibu dan pemeriksaan antrophometri yang meliputi tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas.

Yang penting juga diupyakan yakni pemeriksaan patologis.  Apabila ditemukan kondisi patologis bagi calon pengantin perempuan, maka dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk memperbaiki kondisi patologis tersebut.

Begitu juga apabila pengantin perempuan didapati kondisi "under-nutrition" seperti kurang kalori protein atau devisiensi vitamin yang lain, maka dibutuhkan waktu minimal 3- 6 bulan untuk perbaikan keadaan tersebut.

Bagi calon pengantin laki-laki, dilakukan pendampingan dan pemerikasaan kesehatan, salah satunya adalah produksi sperma untuk persiapan pembuahan dan menghasilkan keturunan yang sehat. Hal ini membutuhkan prakondisi, dan kebugaran bagi laki-laki minimal 73 -75 hari sebelumnya.

Hal tersebut sesuai dengan teori proses pembentukan sperma atau spermatogenesis yang berlangsung selama waktu tersebut. Dengan dilakukan pemeriksaan di atas diharapkan semua pasangan usia subur yang baru memasuki siklus kehidupan berkeluarga berada dalam kondisi sehat ideal untuk menikah dan hamil sehingga melahirkan anak yang sehat.

Pernikahan pada usia muda paling cepat 19 tahun. Namun baiknya dilakukan di usia 21 tahun. Sementara pada pernikahan dini atau pernikahan dibawah umur yang ditetapkan menikah, yang mendapat risiko dan beban berat adalah perempuan dan bayi. Cukup besar risiko kehamilan dan persalinan pada usia muda. Baik menyangkut mobiditas dan mortalitas ibu dan bayi, enagement, dan tulang berhenti tumbuh.

Keluarga Muda Membangun

Strategi menyiapkan generasi baru melalui keluarga muda dapat dikmaksimalkan dengan memahami betul periode emas awal perkembangan manusia yang dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan.

Hal yang perlu dilakukan yakni;  pertama, kehamilan 280 hari cukupi kebutuhan janin dengan makanan yang mengandung vitamin A, D, E, K, Karbohidrat, Lemak serta protein.

Kedua, 0-6 bulan atau 180, berikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI. Ketiga, 6-8 bulan atau 60 hari, lemak, protein dan KH mulai diperkenalkan. Cek berat badan dan kesehatan anak secara rutin.

Keempat, 8-12 bulan atau 120 hari seimbangkan makanan utama dengan sayur, buah-buahan dan susu. Kelima, 12-24 bulan atau 360 hari, cukupi kebutuhan kalori, berikan variasi makanan agar lemak, protein, vitamin dan karbohidrat terpenuhi. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan. Saatnya keluarga muda membangun, sehat lahir batin.

Senin, 13 Maret 2023

Dai Zakat Solusi Mengembalikan Budaya Zakat Infaq Sedekah

 


Oleh : Rangga Iskandar Julkarnain, S.Pd.I, M.Pd 

Menunaikan zakat, terutama zakat mal, adalah ibadah wajib bagi umat Islam yang memiliki harta kekayaan yang sudah memenuhi syarat wajib zakat.

Peran zakat infaq sedekahpun bagian dari solusi pemberantasan kemiskinan bagi masyarakat yang berhak menerima zakat tersebut sesuai tuntunan syari'at dan UUD yang berlaku.

Bagaimana tidak dana zakat infaq sedekah ini apabila dikelola dengan cara akuntabel di dorong dengan nilai religius yang kuat akan merubah cara pandang masyarakat untuk membantu sesama tidak harus sendiri-sendiri melainkan dengan cara bersama melaluai lembaga yang sama yang di legalkan oleh pemerintah.

Dai zakat adalah solusi yang tepat untuk mengkampanyekan zakat infaq sedekah secara masif mengingat dai zakat sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan dai-dai lainnya.

Kenapa harus dai zakat di perbanyak ? Jawabannya pasti karena dai zakatlah yang berperan untuk kembali menjelaskan seorang mukmin yang kuat jauh lebih baik dari mukmin yang lemah dengan kata lain, disini bukan hanya sekedar kuat aqidah  melainkan kuat ekonomi harus diperhatikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِل اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’ala daripada mukmin yang lemah.”

Zakat Infaq Sedekah yang di kumpulkan pada BAZNAS akan dikelola dengan tuntunan syariat dan UUD No 23 tahun 2011 yang berlaku dengan kata lain BAZNAS aman syar'i aman NKRI.

Kenapa harus BAZNAS ? karena BAZNASlah yang berhak mendistribusikan dana zakat infaq sedekah dan memiliki program penguatan ekonomi produktif untuk para fakir miskin yang berhak menerima dana zakat.

Dai zakat harus terus berperan untuk mengkampanyekan zakat infaq sedekah wajib hukumnya di BAZNAS dengan pendekatan yang dimiliki masing-masing para dai zakat. 

Untuk para seleksi penyuluh agama kami titip agar disetiap kelurahan, desa harus memiliki dai zakat yang dimana Dai zakat tersebut sebagai penyambung lidah bagai BAZNAS.

Sudah waktunya dai zakat di perbanyak untuk kembali menyejahterakan umat melalui dana zakat infaq sedekah.

****

Senin, 20 Februari 2023

SBY: Pastikan Kita Punya Urgensi Dan Alasan Kuat Untuk Mengubah Sistem Pemilu



Opini: Susilo Bambang Yudhoyono 

 Jakarta, Inside Pos,-

Sudah lama saya tidak bicara soal politik. Dari hari ke hari, kini saya lebih menggeluti dunia seni dan olahraga. Sungguh pun demikian, sebagai warga negara tentulah saya tidak kehilangan hak asasi saya untuk peduli dan menyampaikan pendapat. Materi yang ingin saya sampaikan ini, tentu berangkat dari niat dan tujuan yang baik, serta hendak saya sampaikan secara baik pula.

 

Saya mulai tertarik dengan isu penggantian sistem pemilu, dari sistem proporsional terbuka menjadi sistem proporsional tertutup. Informasinya, Mahkamah Konstitusi (MK) akan segera memutus mana yang hendak dipilih dan kemudian dijalankan di negeri ini. Sebelum yang lain, dari sini saya sudah memiliki satu catatan.

 

Benarkah sebuah sistem pemilu diubah dan diganti ketika proses pemilu sudah dimulai, sesuai dengan agenda dan "time-line" yang ditetapkan oleh KPU? Tepatkah di tengah perjalanan yang telah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik itu, utamanya oleh partai-partai politik peserta pemilu, tiba-tiba sebuah aturan yang sangat fundamental dilakukan perubahan? Ini tentu dengan asumsi bahwa MK akan memutuskan sistem proporsional tertutup yang mesti dianut dalam pemilu 2024 yang tengah berjalan saat ini.

 

Apakah saat ini, ketika proses pemilu telah berlangsung, ada sebuah kegentingan di negara kita, seperti situasi krisis tahun 1998 dulu misalnya, sehingga sistem pemilu mesti diganti di tengah jalan. Mengubah sebuah sistem tentu amat dimungkinkan. Namun, di masa "tenang", bagus jika dilakukan perembugan bersama, ketimbang mengambil jalan pintas melakukan judical review ke MK. Sangat mungkin sistem pemilu Indonesia bisa kita sempurnakan, karena saya juga melihat sejumlah elemen yang perlu ditata lebih baik. Namun, janganlah upaya penyempurnaannya  hanya bergerak dari terbuka - tertutup semata.

 

Dalam tatanan kehidupan bernegara yang baik dan dalam sistem demokrasi yang sehat, ada semacam konvensi baik yang bersifat tertulis maupun tidak. Apa yang saya maksud? Jika kita hendak melakukan perubahan yang bersifat fundamental, misalnya konstitusi, bentuk negara serta sistem pemerintahan dan sistem pemilu, pada hakikatnya rakyat perlu diajak bicara. Perlu dilibatkan. Ada yang menggunakan sistem referendum yang formal maupun jajak pendapat yang tidak terlalu formal. Menurut saya, lembaga-lembaga negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif tidak boleh begitu saja menggunakan kekuasaan (power) yang dimilikinya dan kemudian melakukan perubahan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan "hajat hidup rakyat secara keseluruhan". Menurut pendapat saya, mengubah sistem pemilu itu bukan keputusan dan bukan pula kebijakan (policy) biasa, yang lazim dilakukan dalam proses dan kegiatan manajemen nasional (kebijakan pembangunan misalnya).

 

Bagaimanapun rakyat perlu diajak bicara. Kita harus membuka diri dan mau mendengar pandangan pihak lain, utamanya rakyat. Mengatakan "itu urusan saya dan saya yang punya kuasa", untuk semua urusan, tentu tidaklah bijak. Sama halnya dengan hukum politik "yang kuat dan besar mesti menang, yang lemah dan kecil ya harus kalah", tentu juga bukan pilihan kita. Hal demikian tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang kita anut bersama. Consensus building yang sering diwujudkan dalam musyawarah untuk mufakat, berdialog dan berembuk, take and give, itulah nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendiri republik dahulu. Saya mempelajari secara mendalam, bagaimana dengan cerdas dan arifnya, founding fathers kita ~ Bung Karno, Bung Hatta, Yamin, Supomo, Ki Bagus dan lain-lain, bersedia untuk berembuk dan saling mendengar untuk merumuskan dasar-dasar negara baru (Republik Indonesia) yang dinilai paling tepat.

 

Kembali ke pokok bahasan, rakyat memang sangat perlu diberikan penjelasan yang gamblang tentang rencana penggantian sistem pemilu itu. Apanya yang berbeda antara sistem terbuka dengan sistem tertutup. Mereka harus tahu bahwa kalau yang digunakan adalah sistem proporsional tertutup, mereka harus memilih parpol yang diinginkan. Selanjutnya partai politiklah yang hakikatnya menentukan kemudian siapa orang yang akan jadi wakil mereka. Sementara, jika sistem proporsional terbuka yang dianut, rakyat bisa memilih partainya, bisa memilih orang yang dipercayai bisa menjadi wakilnya, atau keduanya ~ partai dan orangnya. Rakyat sungguh perlu diberikan penjelasan tentang rencana penggantian sistem pemilu ini, karena dalam pemilihan umum merekalah yang paling berdaulat. Inilah jiwa dan nafas dari sistem demokrasi.

 

Dalam artikel sangat singkat ini saya memang tidak hendak menyampaikan pikiran saya tentang mana yang paling tepat antara sistem proporsional tertutup versus sistem proporsional terbuka. Meskipun saya punya sejumlah pandangan dan pemikiran, namun bukan itu inti tulisan singkat saya ini. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa perkara besar yang tengah ditangani oleh MK ini adalah isu fundamental, hakikatnya salah satu "fundamental consensus" dalam perjalanan kita sebagai bangsa. Apalagi, putusan MK bersifat final dan mengikat. Bagaimana jika putusan MK itu keliru? Tentu bukan sejarah seperti itu yang diinginkan oleh MK, maupun generasi bangsa saat ini.

 

Mungkin ada yang bicara, "tidak ada yang tidak bisa diubah di negeri ini". Konstitusi pun bisa saja diubah. Demikian juga sistem pemilu. Pendapat demikian tidaklah salah, dan saya pun amat mengerti.

 

Saya hanya mengingatkan dengan cara menyampaikan pertanyaan seperti ini. Kalau sebuah konstitusi, undang-undang dan juga sistem pemilu hendak diubah; mengapa dan bagaimana semua itu diubah? Bangsa yang maju dalam tatanan kehidupan yang baik, mesti mengedepankan pentingnya "what, why, how". Dalam perjalanan ke depan, negeri ini harus memiliki budaya untuk selalu mengedepankan "the power of reason". Begitulah karakter bangsa yang maju dan rasional. Permasalahan bangsa mesti dilihat secara utuh dan seraya tetap berorientasi ke depan, serta untuk memenuhi aspirasi besar rakyatnya. Bukan pikiran dan tindakan musiman, apalagi jika bertentangan dengan kehendak dan pikiran bersama kita sebagai bangsa.

*****

Selasa, 07 Juni 2022

Yuli Ha Ode: 'Sakau' Pada Rimpu




Oleh: La Ndolo Conary**


Bima, Inside Pos,-

Saya sangat kagum pada mentalnya, tulisan ini pun hanya ekspresi saya melihatnya sepintas, mendengar ungkapannya sebentar, sudah pasti saya tulis tanpa referensi. Iya, hanya ekspresi padanya yang berani berjuang--bergelar INA RIMPU.

Sejak kecil saya diselimuti dengan kain tenun yang dihasilkan dari keuletan seorang ibu atau kakak, mungkin juga saat lahir dan membuka mata pertama melihat dunia, saya disambut dengan tenun juga. Tapi belum sempat tanya ke ibu terkait hal itu. Saya senang saja memakai tenun, kemana saja saya selalu bawa sarung tenun dalam tas. Walau sampai sekarang saya tidak memiliki pengetahuan lebih tentang makna sebuah tenun bagi kebudayaan kita.

Sabtu 4 Juni 2022, tepatnya malam minggu, saya ikut gabung dalam acara Ina Rimpu--Yuli Ha Ode, tapi telat tiba di lokasi sehingga tidak mendengarkan secara keseluruhan dari perbincangan menarik tersebut. Sebelumnya pun saya dikirim flayer dan undangan kegiatan oleh Owner Lentera Donggo Leny Lestari, namun tetap saja tak bisa tepat waktu menghadirinya, disebabkan keteledoran main berkunjung plus singgah di beberapa tempat.

Saya tak mengenal dekat Ina Yuli yang digelari Ina Rimpu--Duta Rimpu, sebelumnya saya pernah saling komentar di facebook, lalu sempat juga dapat inbox tentang keinginan baca puisi, kemudian beliau pernah baca salah satu puisi saya. Selebihnya saya melihat beliau di beranda media sosial tentang ide besar mempromosikan pakai rimpu. Saya pun sebut 'kegilaan' level tinggi yang dilakukan beliau, aktivitas rumahan hingga formal sekalipun selalu menggunakan RIMPU.

'Mabuk' rimpunya ina Yuli telah menembus mancanegara--negeri singa atau tanah singa, negara Singapura, meracuni banyak generasi agar mereka memiliki kepercayasn diri, mengangkat dan menghormati produk lokal--pikiran dan kreatifitas yang berkualitas dari orang Bima--para perempuan Mbojo. Ina Yuli sudah 'sakau' menggunakan rimpu, hidup tanpa rimpu merupakan kesepian yang menyiksa, kesunyian yang mengiris ulu hati, bahkan terasa sedang diringkus oleh kegelapan. Rimpu baginya sudah jadi cahaya penerang siang-malam, telah jadi energi yang membisiki untuk bangun di pagi hari serta menemaninya cerita di malam hari. Rimpu ialah jiwanya yang utuh--gerak totalitas dalam puja puji budayanya.

Saya yakini, memakai rimpu cukup mudah, tapi menggunakan rimpu untuk totalitas dalam semua kegiatan--resmi maupun tidak resmi, membutuhkan kekuatan mental yang cukup. Tentu tidak sedikit orang-orang yang mencibir hingga mencemooh--mungkin dilabeli sebagai perempuan yang kampungan. Atau bisa saja dicap sebagai perempuan yang 'kecanduan' terhadap masa lalu, tapi ia sedang mengimani masa lalu sebagai setapak yang berkah menuju kejayaan masa depan. Kritikan--berbentuk hinaan dan berwajah pujian, selalu jadi obat yang menguatkan dirinya untuk terus berkarya dan meluaskan sayap perjuangan.

Ina Yuli dalam rimpunya telah mengangkat kepercayaan diri perempuan yang tak pernah berhenti menenun. Perempuan yang sepanjang hidupnya meneteskan keringat untuk menenun, nafas mereka disambung melalui kapas dan benang. Saat menenun para perempuan menuntaskan suka duka, memanjatkan harapan dan impian, melirikan pesan tetua sebagai perenungan hidup. Jadi, ina rimpu menyimpan keringat, air mata, keresahan, rasa haru, dan senyuman, di kepalanya--mejadikan kain tenun sebagai mahkota diri.

Memuliakan rimpu mulai dari Bima hingga ke Jakarta--membumikan dengan Festival, hingga ke Singapura makin meneguhkan hatinya untuk menjunjung rimpu. Langkah cukup jauh--meletihkan dan mengembirakan, perjalanan panjang untuk sebuah pengabdian pada budaya yang diyakini baik bagi daerah dan orangnya. Rasa optimis dan panggilan jiwa mampu mengalahkan setiap tantangan. Air mata pun mampu menumbuhkan ide kreatif agar tetap bergerak maju, menghimpun energi perempuan lain supaya saling menyapa dengan lambaian rimpu.

Ia kembali ke Bima, menuju puncak La Hila di Desa Kala Kecamatan Donggo, sebelumnya ia sempatkan diri berkunjung di Kampung Tenun Donggo di Desa Mbawa Kecamatan Donggo, menyentuh lembutnya kapas serta menyimak suara lembut ibu penenun. Ia melihat sendiri kapas yang akan jadi sarung tenun-- melingkar jadi rimpu, hingga membayangkan kapaslah yang menemani sang manusia diakhir kehidupan nanti menuju jalan abadi. Lalu, di kampoeng wisata La Hila, ia berjumpa dengan ibu-ibu, pelajar, dan perempuan dewasa pecinta budaya--meridukan rimpu. Ia berkisah--menginspirasi sekaligus mendengar keluh kesah perempuan tentang kehidupan, tenun, dan berbudaya. Mungkin ia juga mempunyai segudang keluhan yang sama, tapi demi melestarikan budaya tak boleh bermodalkan keluhan, melainkan terus berjalan dalam sepi maupun ramai, tetap memakai simbol budaya dalam beraktivitas apa saja. Tentu ketulusan hanya bisa diharapankan kepada pemilik budaya itu sendiri untuk memperlihatkan pada dunia.

Percakapan malam, saat tubuh menggigil dipeluk dinginnya Kampoeng Wisata La Hila, saya berbicara soal rambut dan penutupnya--rimpu dan jilbab, hingga soal corak maupun simbol SALUNGKA dalam Tembe Nggoli. Tentu model salungka memiliki makna yang filosofis yang berkorelasi dengan kehidupan masyarakat, sangat perlu dipelajari dan ditelaah lebih dalam supaya bisa dipraktiskan dalam kehidupan. Tetapi soal rambut yang saya sendiri menganggap suka  berdialog saat bergerak dan rimpu tak berdialoga hanya  melambai saja.

Ina Rimpu menyebutkan bahwa justru karena rambut perempuan sebagai mahkotanya, berpotensi menggoda seorang lelaki, maka rimpu melindunginya dengan cinta. Mahkota rimpu lebih menyejukan mata yang memandang sekaligus mengajak kita untuk menjelajah masa silam hingga berpetualangan dalam lorong waktu yang mendatang. Malam kian sunyi membuat Ina Rimpu dan anaknya pulang bermimpi di tenda masing-masing agar esok bisa jumpa sunrise.

Usai ritual menyambut sunrise sambil berfoto ria, Ina Rimpu bersama anak-anaknya menggelar fashion show, tentu mengenakan rimpu dan membawa hasil kreatifitas seperti kula dan tas berbahan tenun. Kula merupakan tempat nasi yang dianyam dari daun pandan, orang Donggo dulu memakai kula untuk membawa nasi apabila pergi ke kebun dan ladang. Daun pandan selain dianyam jadi kula, biasa juga dibuatkan tikar, masa kini bisa dibuat untuk beragam kreatifitas.

Saya memperhatikan dari malam hingga pagi, ide dan aktivitas Ina Rimpu--Yuli Ha Ode yang begitu militan dan progresif menjadikan rimpu sebagai jiwa budaya yang harus digunakan setiap saat. Ia sungguh 'mabuk' rimpu, rasa 'kecanduan' tersebut ia tularkan kepada banyak orang. Memanggil jiwa generasi untuk bersama-sama mabuk terhadap rimpu. 

Ia telah 'sakau' pada rimpu, rasa 'sakau' ia tunjukan pada dunia dan isinya. Segala kemabukan, kecanduan, dan sakau, hanya bisa ditawar dengan rimpu. Berjumpa dengan perempuan yang rimpu, tentu sebagai seorang ibu dalam hal rimpu, ia akan mengasuh anak-anak rimpu hingga tumbuh lebih dewasa. Merekalah yang akan jadi benteng budaya. 

Ina Rimpu sedang 'mabuk' untuk mencerahkan perempuan lain. 'Sakau' demi menyadarkan yang orang lain. 'Mabuk dan sakau' yang berfaedah bagi perempuan ialah mencintai rimpu.***


**Penulis merupakan pencinta sastra yang tinggal di Bima.


#Tot

Minggu, 10 Oktober 2021

"Sengkarut" Masalah Pupuk Subsidi, Mahasiswa: Bupati Bima Berhenti Tutup Mata

Depan Wahyun Walid, belakang Murad Fadirah


Mataram, Inside Pos,-


Kisruh penyimpangan distribusi pupuk subsidi tak kunjung selesai. Masyarakat Kabupaten Bima masih dililit penjualan pupuk tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dijual secara paket. Hal ini disampaikan kordinator LTDS, Wahyudin Awalid, pada media InsidePos_net, Minggu (10/10/2021).


Wahyudin menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 49 Tahun 2020. Tentang alokasi dan HET pupuk subsidi Tahun 2021. Pupuk subsidi jenis Urea HET itu Rp. 2.250 per kg atau Rp 112.500 per Zak isi 50 Kg. 


"Hasil investigasi kami beberapa wilayah di Donggo. Misalnya di Desa Doridungga, Kala, dan O'o, 1 zak pupuk subsidi dijual antara Rp 130.000 hingga Rp 140.000 per zak," jelasnya. 


Selain itu, sambung aktivis mahasiswa ini, masyarakat juga dibebankan membeli pupuk paket. Wahyudin mengungkapkan, setiap membeli 5 zak pupuk subsidi berjenis Urea, masyarakat harus membeli 1 zak pupuk non subsidi dengan harga mencapai Rp 175.000. 


"Dulu Bupati Bima bicara tidak boleh menjual pupuk sesuai HET dan dijual secara paket. Faktanya, tidak digubris Distributor dan Pengecer," ungkapnya. 


Wahyudin mengendus proses jual beli antara masyarakat dan pengecer yang dinilai bermasalah. "Saat masyarakat membeli pupuk pada pengecer tidak ada kwitansi," katanya. 

 

Senada dengan itu, Murad Fadirah menyebutkan, perubahan aturan tentang Alokasi dan HET tidak mengubah problem dasar pupuk subsidi. Kata dia, masalah penjualan pupuk tidak sesuai HET dan secara paket artinya menjerat petani selama bertahun-tahun. Ini merupakan bukti logika daerah mangkrak dan kehilangan political will Kepala  daerah. 


"Bupati Bima, tolong berhenti tutup mata," pintanya. 


Aktivis mahasiswa yang akrab disapa Murad tersebut, menguraikan kedudukan Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri SE, sebagai kepala daerah dan kepala pemerintahan. Mampu menghentikan mafia pupuk subsidi, artinya masyarakat mendapatkan haknya dengan baik. 


"Daerah punya KP3, mulai Sekda hingga para Kades. Kan bisa berkoordinasi dengan TNI dan Polri. Tidak bisa menuntaskan masalah, bukti kuat Pemkab mengabaikan petani." ujarnya.


Murad menambahkan, masalah pupuk subsidi di Kabupaten Bima khususnya sering terjadi di saat musim tanam terjadi. Petani tadah hujan. 


"Petani  mengalami masalah bertahun-tahun. Saya menduga pengecer kompak jual tidak sesuai HET karena permainan ditingkat distributor. Termasuk tidak tersedianya kwitansi, itu sebagai celah untuk tidak diproses secara hukum," tambahnya.


Karena itu, Murad minta Bupati Bima tidak hanya bicara tindak distributor dan pengecer nakal. Sekarang kita butuh sikap dan integritas untuk akhiri mafia pupuk.


"Problem Solving dari problem pupuk ini Political Will Kepala daerah dan keseriusan Aparat Penegakan Hukum. Polda NTB harus benar turun investigasi di Kabupaten Bima, jangan hanya bicara serius usut, realitasnya tidak ada pengusutan. Masalah ini benar-benar merugikan petani, dan diduga sarat dengan korupsi," pungkasnya.


#tot

Jumat, 08 Januari 2021

Narkoba Musuh Besar Bagi Generasi dan Bangsa

 


Kota Bima, Inside Pos,-

Penulis : Yaumil (Mahasiswa Semester III Muhammadiyah Malang



Seperti yang telah kita ketahui, telah banyak orang-orang dan penerus bangsa yang terjerumus ke dalam jeratan narkoba. Angka pertumbuhan orang-orang yang terjerumus ke dalam narkoba ini bukannya semakin menurun, tetapi semakin meningkat, itupun seperti yang biasa kita lihat dan dengar di dalam berita televisi hanyalah segelintir saja. Masih banyak pengguna atau orang yang terjerumus ke dalam jeratan narkoba namun tidak terdata.



Fenomena ini sering kali disebut seperti fenomena gunung es, yang terlihat hanya puncak saja, hanya sebagian kecil, sedangkan bagian bawahnya hampir tidak terlihat. Begitu pula dengan kasus-kasus pengguna narkoba. Walau narkoba berbahaya bagi semua orang, akan tetapi yang paling banyak mengkonsumsi ternyata para remaja yang masih belum dewasa atau baruk masuk ke dalam sebuah taraf kedewasaan. Banyak sekali sebab-sebab yang membuat para remaja mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba ini, salah satunya adalah penyebab dalam diri dan kepribadian remaja yang biasa disebut faktor disposisi yaitu beberapa hal berikut ini :



Pertama : Dorongan ingin tahu, ingin mencoba, ingin meniru dan ingin berpetualang

Misalnya begini, jika kita ingin tahu mengenai narkoba dengan mencoba rasanya, tentu itu tindakan yang berbahaya. Jika kita ingin meniru hal-hal yang dilakukan oleh pujaan kita walaupun itu hal yang jelek, tentu itu adalah hal yang buruk. Semua pengetahuan tidak semua harus kita dapatkan dengan mencoba, mencicipi langsungkan ? apalagi di zaman serba modern seperti ini, kita bisa mengetahui informasi apapun dengan mudah lewat buku, berita, atau internet.



Kedua : Ketidakmapuan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

Ketidakmampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan membuat seseorang itu merasa tersisihkan yang pada akhirnya akan membawa ia bergelut dengan dunia yang lain, yaitu sebuah dunia yang dapat memberikan kesenangan sesaat dan bersahabat dengannya. Ya, narkoba. Dunia yang seoalah-olah memberikan kesenangan, akan tetapi sebetulnya yang didapat adalah kesengsaraan.



Ketiga : Ketidakmampuan mengendalikan diri.

Sifat yang satu ini memang sifat khas para remaja, mereka cenderung sulit untuk mengendalikan diri, apalagi jika remaja tersebut tidak memiliki didikan yang baik dalam bidang keagamaan. Rasa sedih, rasa marah, rasa kecewa yang tak tertahankan dan tidak bisa dikendalikan akan dengan mudah menggiring kita kepada hal-hal yang kurang baik



Ke-empat : Tidak memikirkan akibat dari perbuatannya.

Hal yang paling banyak dimiliki oleh orang-orang khususnya remaja adalah seringkali tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang dilakuknnya. Seseorang dengan mudah menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, hal ini dia lakukan tetunnya tanpa memikirkan akibat buruk yang bisa ditimbulkan dari perbuatannya untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang lain.



Seseorang yang terjerumus ke dalam narkoba tentunya tidak berpikir mengenai akibatnya di kemudian hari. 

Sebab-sebab orang terjerumus ke dalam lingkaran narkoba tentunya tidak hanya bersumber dari dalam dirinya sendiri, tetapi juga bisa timbul dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Penyebab-penyebab yang bersumber dari orang tua/keluarga biasa disebut faktor penyumbang, diantaranya adalah sebagai berikut :

Orang tua tidak harmonis.

Orang tua bercerai.

Orang tua tidak memberikan Pendidikan agama yang baik.

Orang tua terlalu memanjakan.

Tidak ada perhatian, kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam keluarga.

Orang tua terlalu memiliki, menguasai, melindungi, mengarahkan, dan mendikte.

Orang tua kurang/tidak ada komunikasi dan keterbukaan.



Penyebab lain yang menjadi faktor para remaja /masyarakat terjerumus ke dalam narkoba adalah lingkungan yang bersumber pada kelompok sebaya/seumur, hal ini disebut juga sebagai faktor pemicu yaitu hal-hal dibawah ini :

Adanya anggota atau kelompok sebaya yang menjadi pengedar narkoba.

Adanya satu atau beberapa anggota kelompok sebaya yang menjadi penyalahgunaan narkoba.

Ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok sebaya.

Paksaan dan tekanan kelompok sebaya, bila tidak ikut melakukan penyalahgunaan narkoba dianggap tidak setia kepada kelompoknya.



Penyebab terakhir adalah yang bersumber dari kehidupan masyarakat atau lingkungan sekitar yang juga merupakan faktor pemicu seperti hal-hal dibawah ini :

Masyarakat tidak acuh, tidak peduli.

Lemahnya penegakan hukum.

Longgarnya pengawasan sosial masyarakan.

Banyaknya pelanggaran hukum, penyelewengan, dan korupsi.

Banyaknya pemutusan hubungan kerja.

Kemiskinan dan pengangguran.

Bergentayangannya pengedar narkoba yang mencari mangsa.

Arus informasi dan globalisasi yang menyebarkan gaya hidup modern.



Narkoba telah merusak masa depan remaja yang menyalahgunakannya. Ironisnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahaya dari narkoba tersebut, sehingga kebanyakan dari mereka terus menggunakan drugs sampai sekian lama.



Hingga November 2020 Polres Bima Ungkap 24 Kasus Narkoba.


Kasus narkoba mulai januari hingga November 2020 Sat Narkoba Polres Bima Kota mengungkap 24 kasus narkoba. Dari jumlah itu, ditetapkan sebanyak 28 orang tersangka.

 


Kapolres Bima melalui Kasat Narkoba AKP Wahyudin menyampaikan, terakhir pengungkapan pada tanggal 13 November di Desa Simpasai Kecamatan Monta. Dari jumlah kasus itu, para tersangka terlibat dalam transaksi jual-beli narkoba jenis daun ganja kering dan sabu-sabu. Dari 28 orang tersangka, hanya satu orang tersangka perempuan yang ditangkap pada tanggal 10 Juni 2020 di Desa Tumpu Kecamatan Bolo. Para tersangka dijerat pasal yang berbeda dan diancam hukuman sesuai pasal masing-masing. 



Selama pengungkapan itu diakui Kasat, barang bukti yang berhasil disita sabu-sabu seberat 18,46 gram dan 290 gram daun ganja kering. Dari semua kasus yang diungkap, 20 kasus telah ditahap ll dan IV kasus masih dalam tahap penyelidikan.  Jika dibandingkan tahun 2019, tahun ini lebih sedikit, karena tahun sebelumnya jumlah kasus yang terungkap sebanyak 34 kasus sampai Desember dan ditetapkan 40 orang tersangka.



Kasat meminta supaya masyarakat tetap konsisten membantu polisi untuk menjadikan Kabupaten Bima sebagai daerah yang bebas dari peredaran narkoba. Jika mengetahui adanya transaksi jual-beli narkoba, segera laporkan ke Kasat Narkoba atau ke polisi terdekat, agar mereka bisa segera mengambil tindakan.


Data yang dihimpun oleh tim belum sepenuhnya mendata semua angka kejadian penyalahgunaan narkoba, karena data ini merupakan himpunan pengungkapan kasus dari kepolisian. Jika ditambah dengan kasus yang diungkapkan media massa tetapi tidak masuk dalam catatan kepolisian kita akan menemukan angka penyalahgunaan narkotika dua kali lebih besar. Data di atas akan menjadi sangat mengkhawatirkan jika dilihat dampak psikologis, fisik, dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba ini. 


Penyalahgunaan narkoba pada akhirnya timbul sebagai persoalan besar bagi kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat bahkan pemerintah.



Generasi yang kecanduan akan menjadi generasi invalid dan tidak produktif bahkan jadi beban bagi masyarakat. Di tengah masyarakat, persoalan ini akan berpotensi menimbulkan tindak criminal dan keributan yang meresahkan. Penyalahgunaan narkoba menjadi bahaya yang tampak jelas, bagi si pengguna akan berdampak secara medis dan psikologis, dan kepada masyarakat sebagai pemicu kriminalitas dan keresahan sosial. Jika ini terjadi kepada kalian para remaja, dikhawatirkan generasi muda Indonesia menjadi generasi cacat dan tidak produktif, dan kota tempat tinggal kalian akan menjadi kota yang rawan tindak criminal dan keresahan sosial.



Kita semua harus lebih berhati-hati karena penyalahgunaan narkoba dan sasaran peredarannya sudah menyentuh anak Sekolah Dasar. Kalau tidak segera diatasi, kemungkinan bahaya lebih besar akan segera terjadi. Persoalan ini masih mungkin diatasi salah satunya dengan mengetahui bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba itu sendiri. Hal lain yang harus kita lakukan bersama-sama dengan masyarakat adalah mulai mengawasi peredaran narkoba di lingkungan bermain anak remaja di lingkungan mereka. Karena bagaimanapun juga ini jelas bertolak belakang dengan apa yang seharusnya terjadi. Narkoba seharusnya digunakan dalam ilmu kedokteran, tetapi dalam kenyataanya banyak disalahgunakan untuk kesenangan semata.



Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari, karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf, sehingga remaja tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja, kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Minggu, 03 Januari 2021

Destinasi Wisata Sejarah Benteng Asakota Yang Terabaikan

 



Penulis : Ketua KNPI Soromandi, Syuryadin, S.Pd.I (Pena Bumi) 


Bima, Inside Pos,-


Di Daerah Bima-NTB, baik diwilayah Kabupaten maupun Kota, nama Benteng Asakota cukup familiar.  Situs ini memiliki nilai sejarah yang patut dibanggakan oleh kita,  Dou Mbozo. Meski masih terlihat semrawut alias tidak terurus, namun pengunjung dari hari ke hari terus menunjukan peningkatan.


Dalam Peta Geografis, Destinasi ini berada di Desa Punti Dusun Lia Kecamatan Soromandi-Kabupaten Bima.  Menariknya, Benteng Asakota langsung berhadapan dengan lautan lepas. Jika ada ditempat ini,  anda pasti disajikan dengan tjontonan gratis aktivitas nelayan yang sedang menangkap ikan. Atau aktivitas keluar masuk kapal penumpang dan kapal barang. 


Benteng Asakota juga memiliki daya tarik bagi siapapun berkunjung. Terutama bagi wisatawan yang hobi melakukan snorkeling.  Nuansa Alam dibawah dasar laut,  terdapat beberapa jenis terumbu karang yang akan memanjakan mata. Kita juga dapat melihat aneka jenis ikan hias yang mencari sumber makanan disela-sela batu karang.  Disini, kita tidak hanya menjejaki sejarah masa lampau tapi juga menikmati panorama indah dunia bawah laut. Paket komplit. 


Dalam literatur Wikipedia, Benteng Asakota merupakan bekas Benteng pertahanan Belanda untuk Bima. Ditemukan sekitar tahun 1908 (bersamaan dengan meletusnya Gunung Tambora). Benteng Asa Kota ini terdiri dari batu bersusun yang dulu diambil dari berbagai tempat di daerah Bima. 


Barang peninggalan sejarah yang masih tersisa adalah Meriam Kuno yang disebut La Nggali Nggoma. La Nggali artinya Mahal, dan Nggoma artinya Kudis. Meriam ini merupakan meriam induk yang dipasang di sebelah Barat yang menghadap utara yaitu mengarah ke Asa Kota atau Pintu Masuk Kota di teluk Bima. Selain meriam kuno, disini kita juga bisa melihat bekas benteng pertahanan berupa susunan batu-batu yang terlihat sepanjang tebing pantai. 


Di Asakota juga menyimpan cerita-cerita misteri. Kental dengan nuansa magic  yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dahulu sosok Ompu Daga alias Ompu Nggambi (Ompu, seorang kakek,red) adalah penguasa wilayah Benteng Asakota.  Ompu ini dipercaya warga setempat masih hidup dan akan muncul pada momen tertentu. Kepercayaan lainnya,  batu-batu yang tersusun rapi sebagai benteng itu dikerjakan seorang diri oleh Ompu dengan menggunakan kekuatan supranatural. 


Benteng ini dibangun pada sekitar tahun 1667 di sebuah pulau kecil Nisa Soma, tepat di pintu masuk teluk Bima yang diberi nama Benteng Asa Kota. Asa dalam bahasa Bima berarti mulut dan Kota berarti kota. Jadi Asa kota adalah mulut Kota yang menjadi penghubung Bima dengan negeri-negeri lainnya. Menakjubkan!


Sekilas tentang Benteng Asakota dapat kita simpulkan bahwa tempat itu memiliki nilai historis yang tidak kalah menarik dengan destinasi didaerah lain. Tidak heran banyak pengunjung akhir-akhir ini datang berkunjung. Apalagi dihari libur. Pengunjung Tidak hanya mengisi hari libur mereka bersama keluarga, ditempat ini juga beberapa kali diselenggarakan kegiatan reuni, diskusi pemuda dll. Termasuk pada momentum 17 Agustus 2020, Komunitas Wisata Benteng Asakota serta elemen lainnya membuat kegiatan festival budaya. Terdapat 100 tenda peserta mengelilingi area vital Benteng Asakota. 


Dikesempatan itu juga, dirangkaikan dengan pengibaran bendera merah putih dibawah dasar laut. Decak kagum peserta  menyaksikan meriam La Nggali Nggoma diangkat kembali ke posisi semula. Padahal sebelumnya pernah diupayakan oleh ratusan warga setempat  untuk angkat meriam itu ke posisi semula tapi gagal. Hebat bukan? 


Seperti apa wajah situs bersejarah Benteng Asakota saat ini? Jika orang belum pernah kesana, jelas muncul dalam benaknya, situs ini merupakan destinasi pariwisata andalan di Bima. Terlintas juga, disitus itu dikelola dan ditata oleh SDM yang memadai. Ada infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah untuk menarik minat wisatawan. Jawaban, NIHIL. 


Perlu diketahui, akses jalan menuju benteng asakota masih menggunakan lahan pekarangan rumah warga. Untuk sampai kesana sangat sulit dilalui kendaraan roda dua, lebih-lebih pada musim hujan. Bahkan jalan kaki saja, kita harus super hati-hati. Kalau tidak, siap-siap saja tergelincir dan tersandung oleh bebatuan. 


Keadaan ini jelas membuat kita prihatin. Situs sejarah yang memiliki magnet tersendiri ini tidak diperhatikan secara serius oleh Pemerintah. Baik tingkat Desa, Daerah maupun Pemerintah Propinsi NTB.   Penulis yakin, pengunjung diluar Soromandi yang berkunjung di Asakota karena terlanjur jatuh cinta dengan cerita dan nilai sejarah yang didengar dan dibacanya selama ini. Namanya juga orang jatuh cinta, tidak memandang rupa dan materi. Ironi. 


Tidak habis soal jalan saja, area Benteng Asakota hingga saat ini belum sama sekali memiliki pagar. Hewan ternak bebas keluar masuk kesana. Kotoran hewan dan sisa sampah menjadi pemandangan menjijikkan bagi pengunjung. Diakui warga setempat, Beberapa kali meminta atensi pemerintah daerah untuk perhatikan kondisi tersebut, hasilnya tetap nihil. 


Potensi Benteng Asakota yang menakjubkan ini ternyata tidak mampu membuka mata hati kita semua. Lebih-lebih pihak yang dianggap memiliki kewenangan dan tanggungjawab dalam memajukan dunia pariwisata. Mulai dari tingkat Kepala Desa, Camat, Bupati dan Gubernur belum tergerak hatinya untuk memoles wajah benteng Asakota agar makin menarik. Padahal dunia pariwisata merupakan salah satu pemasukan  pendapatan terbesar di  Negara. Dimana ada destinasi wisata disitu ada geliat ekonomi yang menguntungkan warga dan daerah. 


Hal penting lainnya, Penulis juga mengkritik sikah acuh Pemerintah Kabupaten Bima terkait lahan seluas 1.7 hektar Benteng Asakota sudah di sertifikat oleh dua oknum warga Kota Bima. Isu ini sudah lama digelindingkan oleh pemuda dan masyarakat setempat agar pemerintah segera mencabut hak kepemilikan lahan tersebut. Tapi hingga saat ini belum jelas ujung pangkalnya. Bahkan, Tahun 2020  kemarin terdengar kabar  Bupati Bima membentuk tim yang melibatkan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, Dikpora bidang Kebudayaan dan beberapa instansi lainnya. 


Tim ini dibentuk untuk menelusuri kronologi terbitnya sertifikat atas nama pribadi warga dilahan bersejarah.  Hingga hari ini, kerja tim yang dibentuk itu tak pernah dipublis atau disosialisasikan. Dari sini saja, Pemkab Bima dibawah kendali Indah Damayanti Putri, SE dinilai tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang timpang ini. Pada akhirnya nanti, masyarakat dan pemuda desa setempat akan dihadapkan dengan pemilik lahan. Bahkan berpotensi ada gerekan horizontal antara warga dan pemilik sertifikat. Pemerintah-pun cuci tangan saja kalau hal buruk ini terjadi. Memalukan! 


Prihatin dengan kondisi Wisata sejarah ini, awal tahun 2020,  dibenteng asakota telah terbentuk sekelompok pemuda dusun setempat yang mengelola dan merawat. Puluhan Pemuda hebat ini memotivasi diri mereka untuk menjaga lahan ini dari ambisi personal oknum yang hendak ambil alih aset daerah. Bagi Pemuda yang menamakan diri Komunitas Wisata Benteng Asakota ini, Lebih baik bermandikan darah dari pada melepaskan Benteng Asakota.  Aktivitas komunitas ini disibukkan untuk menemani wisatawan. Termasuk menjamin keamanan kendaraan pengunjung. Ketika ada kelompok organisasi manapun yang mengadakan acara bermalam/kemah, mereka menjaga sepenuhnya demi kenyamanan pengunjung. Mereka saat ini sedang membangun sekretariat dari dana kumpulan secara sukarela anggota komunitas. Penulis mengapresiasi  semangat pemuda desa ini. Jarang sekali ada yang memiliki kemauan keras seperti mereka. Semoga tetesan keringat mereka ini mendapatkan secercah harapan dikemudian hari. Amin...


---------------Sekian---------







Sabtu, 26 Desember 2020

Narkoba Musuh Bagi Generasi Muda

 


Malang, Inside Pos,-

Penulis : Yaumil (Mahasiswa Semester III Muhammadiyah Malang)


Seperti yang telah kita ketahui, telah banyak orang-orang dan penerus bangsa yang terjerumus ke dalam jeratan narkoba. Angka pertumbuhan orang-orang yang terjerumus ke dalam narkoba ini bukannya semakin menurun, tetapi semakin meningkat, itupun seperti yang biasa kita lihat dan dengar di dalam berita televisi hanyalah segelintir saja. Masih banyak pengguna atau orang yang terjerumus ke dalam jeratan narkoba namun tidak terdata.


Fenomena ini sering kali disebut seperti fenomena gunung es, yang terlihat hanya puncak saja, hanya sebagian kecil, sedangkan bagian bawahnya hampir tidak terlihat. Begitu pula dengan kasus-kasus pengguna narkoba. Walau narkoba berbahaya bagi semua orang, akan tetapi yang paling banyak mengkonsumsi ternyata para remaja yang masih belum dewasa atau baruk masuk ke dalam sebuah taraf kedewasaan. Banyak sekali sebab-sebab yang membuat para remaja mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba ini, salah satunya adalah penyebab dalam diri dan kepribadian remaja yang biasa disebut faktor disposisi yaitu beberapa hal berikut ini :


Pertama : Dorongan ingin tahu, ingin mencoba, ingin meniru dan ingin berpetualang

Misalnya begini, jika kita ingin tahu mengenai narkoba dengan mencoba rasanya, tentu itu tindakan yang berbahaya. Jika kita ingin meniru hal-hal yang dilakukan oleh pujaan kita walaupun itu hal yang jelek, tentu itu adalah hal yang buruk. Semua pengetahuan tidak semua harus kita dapatkan dengan mencoba, mencicipi langsungkan ? apalagi di zaman serba modern seperti ini, kita bisa mengetahui informasi apapun dengan mudah lewat buku, berita, atau internet.


Kedua : Ketidakmapuan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

Ketidakmampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan membuat seseorang itu merasa tersisihkan yang pada akhirnya akan membawa ia bergelut dengan dunia yang lain, yaitu sebuah dunia yang dapat memberikan kesenangan sesaat dan bersahabat dengannya. Ya, narkoba. Dunia yang seoalah-olah memberikan kesenangan, akan tetapi sebetulnya yang didapat adalah kesengsaraan.


Ketiga : Ketidakmampuan mengendalikan diri.

Sifat yang satu ini memang sifat khas para remaja, mereka cenderung sulit untuk mengendalikan diri, apalagi jika remaja tersebut tidak memiliki didikan yang baik dalam bidang keagamaan. Rasa sedih, rasa marah, rasa kecewa yang tak tertahankan dan tidak bisa dikendalikan akan dengan mudah menggiring kita kepada hal-hal yang kurang baik


Ke-empat : Tidak memikirkan akibat dari perbuatannya.

Hal yang paling banyak dimiliki oleh orang-orang khususnya remaja adalah seringkali tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang dilakuknnya. Seseorang dengan mudah menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, hal ini dia lakukan tetunnya tanpa memikirkan akibat buruk yang bisa ditimbulkan dari perbuatannya untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang lain.


Seseorang yang terjerumus ke dalam narkoba tentunya tidak berpikir mengenai akibatnya di kemudian hari. 

Sebab-sebab orang terjerumus ke dalam lingkaran narkoba tentunya tidak hanya bersumber dari dalam dirinya sendiri, tetapi juga bisa timbul dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Penyebab-penyebab yang bersumber dari orang tua/keluarga biasa disebut faktor penyumbang, diantaranya adalah sebagai berikut :

Orang tua tidak harmonis.

Orang tua bercerai.

Orang tua tidak memberikan Pendidikan agama yang baik.

Orang tua terlalu memanjakan.

Tidak ada perhatian, kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam keluarga.

Orang tua terlalu memiliki, menguasai, melindungi, mengarahkan, dan mendikte.

Orang tua kurang/tidak ada komunikasi dan keterbukaan.


Penyebab lain yang menjadi faktor para remaja /masyarakat terjerumus ke dalam narkoba adalah lingkungan yang bersumber pada kelompok sebaya/seumur, hal ini disebut juga sebagai faktor pemicu yaitu hal-hal dibawah ini :

Adanya anggota atau kelompok sebaya yang menjadi pengedar narkoba.

Adanya satu atau beberapa anggota kelompok sebaya yang menjadi penyalahgunaan narkoba.

Ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok sebaya.

Paksaan dan tekanan kelompok sebaya, bila tidak ikut melakukan penyalahgunaan narkoba dianggap tidak setia kepada kelompoknya.


Penyebab terakhir adalah yang bersumber dari kehidupan masyarakat atau lingkungan sekitar yang juga merupakan faktor pemicu seperti hal-hal dibawah ini :

Masyarakat tidak acuh, tidak peduli.

Lemahnya penegakan hukum.

Longgarnya pengawasan sosial masyarakan.

Banyaknya pelanggaran hukum, penyelewengan, dan korupsi.

Banyaknya pemutusan hubungan kerja.

Kemiskinan dan pengangguran.

Bergentayangannya pengedar narkoba yang mencari mangsa.

Arus informasi dan globalisasi yang menyebarkan gaya hidup modern.


Narkoba telah merusak masa depan remaja yang menyalahgunakannya. Ironisnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahaya dari narkoba tersebut, sehingga kebanyakan dari mereka terus menggunakan drugs sampai sekian lama.


Hingga November 2020 Polres Bima Ungkap 24 Kasus Narkoba.

Kasus narkoba mulai januari hingga November 2020 Sat Narkoba Polres Bima Kota mengungkap 24 kasus narkoba. Dari jumlah itu, ditetapkan sebanyak 28 orang tersangka.

 

Kapolres Bima melalui Kasat Narkoba AKP Wahyudin menyampaikan, terakhir pengungkapan pada tanggal 13 November di Desa Simpasai Kecamatan Monta. Dari jumlah kasus itu, para tersangka terlibat dalam transaksi jual-beli narkoba jenis daun ganja kering dan sabu-sabu. Dari 28 orang tersangka, hanya satu orang tersangka perempuan yang ditangkap pada tanggal 10 Juni 2020 di Desa Tumpu Kecamatan Bolo. Para tersangka dijerat pasal yang berbeda dan diancam hukuman sesuai pasal masing-masing. 


Selama pengungkapan itu diakui Kasat, barang bukti yang berhasil disita sabu-sabu seberat 18,46 gram dan 290 gram daun ganja kering. Dari semua kasus yang diungkap, 20 kasus telah ditahap ll dan IV kasus masih dalam tahap penyelidikan.  Jika dibandingkan tahun 2019, tahun ini lebih sedikit, karena tahun sebelumnya jumlah kasus yang terungkap sebanyak 34 kasus sampai Desember dan ditetapkan 40 orang tersangka.


Kasat meminta supaya masyarakat tetap konsisten membantu polisi untuk menjadikan Kabupaten Bima sebagai daerah yang bebas dari peredaran narkoba. Jika mengetahui adanya transaksi jual-beli narkoba, segera laporkan ke Kasat Narkoba atau ke polisi terdekat, agar mereka bisa segera mengambil tindakan.


Data yang dihimpun oleh tim belum sepenuhnya mendata semua angka kejadian penyalahgunaan narkoba, karena data ini merupakan himpunan pengungkapan kasus dari kepolisian. Jika ditambah dengan kasus yang diungkapkan media massa tetapi tidak masuk dalam catatan kepolisian kita akan menemukan angka penyalahgunaan narkotika dua kali lebih besar. Data di atas akan menjadi sangat mengkhawatirkan jika dilihat dampak psikologis, fisik, dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba ini. 


Penyalahgunaan narkoba pada akhirnya timbul sebagai persoalan besar bagi kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat bahkan pemerintah.



Generasi yang kecanduan akan menjadi generasi invalid dan tidak produktif bahkan jadi beban bagi masyarakat. Di tengah masyarakat, persoalan ini akan berpotensi menimbulkan tindak criminal dan keributan yang meresahkan. Penyalahgunaan narkoba menjadi bahaya yang tampak jelas, bagi si pengguna akan berdampak secara medis dan psikologis, dan kepada masyarakat sebagai pemicu kriminalitas dan keresahan sosial. Jika ini terjadi kepada kalian para remaja, dikhawatirkan generasi muda Indonesia menjadi generasi cacat dan tidak produktif, dan kota tempat tinggal kalian akan menjadi kota yang rawan tindak criminal dan keresahan sosial.



Kita semua harus lebih berhati-hati karena penyalahgunaan narkoba dan sasaran peredarannya sudah menyentuh anak Sekolah Dasar. Kalau tidak segera diatasi, kemungkinan bahaya lebih besar akan segera terjadi. Persoalan ini masih mungkin diatasi salah satunya dengan mengetahui bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba itu sendiri. Hal lain yang harus kita lakukan bersama-sama dengan masyarakat adalah mulai mengawasi peredaran narkoba di lingkungan bermain anak remaja di lingkungan mereka. Karena bagaimanapun juga ini jelas bertolak belakang dengan apa yang seharusnya terjadi. Narkoba seharusnya digunakan dalam ilmu kedokteran, tetapi dalam kenyataanya banyak disalahgunakan untuk kesenangan semata.



Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari, karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf, sehingga remaja tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja, kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Jumat, 27 November 2020

Masyarakat Donggo Sudah Cerdas, Pasti Akan Bulatkan Pilihannya Pada IMAN


Bima, InsidePos,- 


Demokrasi menjamin hak konstitusional warga negara untuk memilih dan dipilih. Tidak seorang warga negara pun boleh membatasi hak-hak warga negara untuk menyalurkan haknya. Karena hak tersebut sudah jelas diatur dalam konstitusional negara Indonesia. 


Menyimak pandangan saudara Arifudin, yang secara gamblang mengatakan bahwa H. Herman Alfa Edison ST (Calon Wakil Bupati Bima) belum tentu dipilih oleh masyarakat etnis Donggo. Dengan dalil masyarakat setempat sudah cerdas secara intelektual. 


Bagi penulis, pernyataan itu sangatlah keliru. Yang ada justeru masyarakat semakin cerdas. Secara psikis, masyarakat etnis Donggo telah membulatkan pilihannya tanpa ada keraguan pada Calon yang bertegline Bima Baru itu.


Melihat dinamika politik kabupaten Bima akhir-akhir ini. Dari ketiga Pasangan Calon (Paslon), hanya pasangan IMAN yang gencar mempromosikan program-programnya. Dua pasangan lain menurut penulis hanya pandai menjual aktivitas konfoi dengan melibatkan masayarakat. Tanpa memperhatikan aturan protokol covid-19.


Mereview sedikit kebelakang, pada saat momen pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati Bima. Ke tiga Paslon, dua diantaranya melibatkan masa yang cukup masif, hanya pasangan IMAN yang mematuhi aturan dan himbauan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) untuk tidak melibatkan banyak masa pada saat pendaftaran. 


Tentu ini bentuk kedewasaan dan pendidikan politik yang harus diapresiasi. Sebagai  intelektual, itu harus diakui sebagai peradaban baru politik di Bima.


Demokrasi itu hakikatnya ruang untuk menunjukkan ide dan pandangan. Bima ini harus berlabuh kemana 5  tahun kedepan? Pasangan IMAN dengan visi misi serta program yang jelas, merumuskan langkah untuk kedepan. 


Perspektif penulis, H. Herman AE ST, tidak pernah membawa nama "Suku Donggo" dalam Pilkada Bima ini. Apalagi mempolitisir "Suku Donggo" sebagai alat politik. Soal pernyataan beberapa orang yang mengajak masyarakat etnis Donggo bersatu untuk mendukung putra asli Donggo, itu hal lumrah. Sebab, itu sebagai rasa kebanggaan mereka terhadap putra asli.


Mestinya, saudara Arifudin, harusnya tabayun sebelum menyatakan pandangannya. Karena pandangan yang tidak berdasar justru menjatuhkan kewibawaannya sebagai intelektual dan akademisi. 


Sebagai contohnya, dia mengatakan masyarakat Donggo sudah cerdas. Masyarakat Donggo belum tentu memilih H. Herman. Pendekatan intelektual yang dia pakai tidak melihat realitas lapangan selama proses kampanye. Apa realitanya? Penulis sudah menjelaskan pada paragraf diatas. dimana satu-satunya Paslon Bupati-Wakil Bupati Bima yang gencar mempromosikan visi, misi dan program secara terukur hanya pasangan IMAN. 


Belum lagi dengan pendidikan politik yang baik. Pendekatan cerdas dan intelektual yang dipakai saudara Arifudin, justru terbantahkan melaui tampilan pasangan IMAN berdasarkan program dan pendidikan politiknya selama ini. Sekali lagi, jadi wajar masyarakat Etnis Donggo cerdas mendukung IMAN. Bukan karena label suku, tapi karena intelektual dan kecerdasan. 


Bagi penulis, saudara Arifudin senang bermain dengan halusinasi dan bacaan diatas kertas. Namun dia lupa jika referensi yang paling falid adalah realitas dan dinamika lapangan. Harusnya kedua variabel itu dibandingkan sebelum memberikan pandangan. Supaya tidak ditertawakan oleh masyarakat dan sesama akademisi.


Oleh: Kharismafullah (mahasiswa Pascasarjana Brawijaya Malang)


#tot

Kamis, 19 November 2020

Pasar Murah Paslon di Sanggar, Ada Indikasi Politik?



Bima, InsidePos,-


Oleh: Ruslin, S.Ikom,. M.Ikom, Dosen disalah satu Kampus di Jakarta


Beredar di media sosial Dinas Perindustrian dan Perdagangan (PERINDAG) Kabupaten Bima menggelar Pasar Murah dengan memasang spanduk berfoto IDP-Dahlan pada rabu 18/11 kemarin.


Dengan adanya penyelenggara Pasar Murah tersebut tentu sangat membantu kebutuhan masyarakat apalagi ditengah situasi wabah pandemi Covid-19 yang menyebabkan segala kebutuhan jadi terbatas, namun yang menjadi masalah dalam hal ini adalah adanya nuansa politik.


Saya pikir tindakan Dinas tersebut tidak diperbolehkan dalam UU Pemilu tentang netralitas ASN yang tertuang dalam Pasal 71 UU No. 1/2015 yang berbunyi: “Pejabat Negara, Pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang Membuat Keputusan dan/atau Tindakan yang Menguntungkan atau Merugikan Salah Satu Calon selama masa Kampanye”.


Oleh karena itu maka wewenang Bawaslu Kabupaten Bima segera bertindak secara tegas dalam menangani pelanggaran netralitas ASN.


Setau saya saat ini segala kebijakan pemerintah kabupaten Bima adalah kewenangan penuh Pejabat Sementara (Pjs) Bapak  Ir M Husni MSi  yang dilantik beberapa bulan lalu. Artinya di spanduk yang mereka buat harusnya memasang foto bupati yang sekarang bukan foto IDP-Dahlan yang statusnya sebagai kandidat calon bupati.


Menurut saya, berdasarkan tindakan Dinas tersebut tentu akan memunculkan stigma negatif pertama tidak menghormati Pejabat Sementara (Pjs) Bupati saat ini, kedua sebagai ASN tidak mampu menjaga netralitas ASN, dan yang ketiga tidak mendidik masyarakat dalam cara-cara yang jujur dan adil dalam berdemokrasi.


Harapan besar saya Kelapa Dinas Perindag harus bertanggung jawab atas perbuatannya sementara dari pihak Bawaslu Kabupaten Bima segera proses secara hukum kepala Dinas yang bersangkutan agar terjaganya demokrasi yang adil dan jujur, sehingga Demokrasi pilkada Kabaputen Bima menjadi contoh yang baik bagi daerah-daerah lain.

#tot

Senin, 09 November 2020

IMAN Sosok Yang Milenial, Sangat Pantas Membangun Bima


Bima, InsidePos,-


Diantara tiga Pasangan Calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Bima yang ikut dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Paslon IMAN diakui sosok milenial dan pantas memimpin Kabupaten Bima.


Dibandingkan dua Paslon lainnya, yakni pasangan H. Syafruddin-Ady (Syafaad), dan Dinda-Dahlan (In-Dah). IMAN memiliki penilaian positif tersendiri bagi generasi muda di Bima.


Dengan demikian, pasangan nomor urut satu itu diakui mampu membangun kabupaten Bima lebih maju dan unggul kedepannya. Itu berdasarkan kemampuan dan sinergitas dua figur muda yang memiliki kompetensi yang seimbang.


Faisal, yang merupakan pemuda di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima mengungkapkan, pasangan IMAN secara kualitas pikiran tidak diragukan lagi. Itu terlihat usai debat terbuka tiga Paslon di Gedung DPR Kabupaten Bima, Sabtu 7/11 kemarin.

 

"Kemarin pasangan IMAN mampu menguasai forum dan menjelaskan program-programnya dengan jelas. Visi misinya tepat sekali, berdasarkan keadaan kabupaten Bima yang sedang terjadi," kata Faisal, pada media ini, Senin 9/11.


Diuraikannya, pasangan IMAN memiliki keunggulan yang hebat dibandingkan dua Paslon lain. Yakni paslon In-Dah dan SYAFAAD. Disamping itu, IMAN adalah sosok yang religius dan tidak memiliki kasus masa lalu.


Lanjut Faisal, program pasangan IMAN pun jelas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Bima, yang terkikis nilai religiusnya. Hadirnya program disetiap  Desa harus memiliki satu rumah Al-Qur'an merupakan terobosan baru yang lahir dari pasangan IMAN.


"Lewat program tersebut akan mampu menciptakan kembali Bima yang religius kedepannya. Inilah Bima ramah yang sebenarnya," cetusnya.


Dari 9 program yang di tawarkan paslon IMAN merupakan program yang menjawab kemunduran dan keterbelakangan Bima selama ini. Contohnya, Bima yang kekurangan lapangan kerja pasangan IMAN akan bangun industri garam yang dimana karyawannya adalah orang-orang dari daerah Bima Ini sendiri.


Petani akan sejahtera lagi dengan program meningkatkan ekonomi petani dengan metode kerja mengaktifkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). "jadi orang cerdas pasti memilih IMAN pada Pilkada 9 Desember 2020." pungkasnya.


#tot

Jumat, 02 Oktober 2020

Kearifan Lokal Sebagai Perwujudan Pilkada Maraso


Bima, InsidePos,-


Pilkada "maraso" (suci/bersih) adalah harapan seluruh masyarakat Bima yang diwujudkan dalam semangat KPUD kabupaten Bima. Ada makna yang mendalam jika ditelaah dalam perspektif antropologi terkait pilihan kata "Maraso". Sebab, kata "maraso" adalah kalimat yang mengandung nilai moral dan etika.


Kata "Maraso", dahulu selalu dikaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat yang jauh dari tindakan tindakan amoral atau penyimpangan sosial. Karena biasanya ketika ada peristiwa yang melanggar etika dan moralitas kehidupan sosial. Maka masyarakat selalu mengeluarkan sumpah serapah. 


"Seperti kalimat "Mai mbere Mai oro kampoi Pu Ma Sampu Ade Dana Ro Rasa (Datanglah banjir, datang bawa semua yang kotor di tanah dan kampung)," ucap Juan juwanda


Tentu kalimat itu mengandung makna tersendiri. Yakni masyarakat Bima sangat anti akan tindakan-tindakan yang melanggar nilai etika dan estetika. Serta moralitas yang terkandung dalam syariat Islam maupun adat istiadat.


Perspektif masyarakat Bima, selalu melihat kejadian dalam pendekatan budaya dan agama. Hal itulah yang diwujudkan dalam kalimat "Maja labo dahu" yang didalamnya tertuang nilai agama dan budaya.


Dijelaskan Juan, untuk mewujudkan Pilkada "Maraso" bukan sesuatu yang klasik. Sebab, tumpuan harapan tergantung pada masyarakat, penyelengara, keamanan dan Paslon Bupati dan Wakil Bupati itu sendiri. Itupun bila tindakannya berpedoman pada kearifan lokal.


"Karna pada esensinya masyarakat Bima hanya mampu disadarkan pada instrumen penyadaran yang bisa mereka jangkau atau ketahui. Hal itulah menjadi satu kekuatan untuk kembali mengkampanyekan kearifan lokal demi mewujudkan "Pilkada Maraso Ru'u Dana Ro Rasa," jelas pria alumni STKIP Bima ini.


Jika Maja labo dahu dan Nggusu waru  diaktualisasikan dalam praktek politik Pilkada Bima saat ini. Maka akan menekan pelanggaran- pelanggaran dalam tahapan Pilkada.  Seperti money politik, saling menjatuhkan, permusuhan, konflik antar pendukung atau pelanggaran lain yang datang dari penyelenggara dan peserta Pemilu.


Bukan saja itu, Manggusu Waru adalah sarat dan kriteria yang diharapkan kepada pemimpin "Dana Mbojo" agar menjadi Dumu Dou Ina Mpu'u Ma Weki Ma Mboto Ndi 'Batu Wia Lele nLNa Ndei Siri Wia Nggawona  (mewujudkan pemimpin yang ideal yang bisa diteladani dan menjadi tempat bernaung bagi masyarakat ketika ada masalah dan persoalan yang dihadapi).

#tot

Selasa, 15 September 2020

Tabligh Akbar IMAN Sehatkan Pilkada Bima


Bima, InsidePos,-


Oleh: Yasser Arafat SH., MH


Kenapa deklarasi Pasangan Calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Dr H. Irfan dan H. Herman Alfa Edison ST (IMAN) harus memilih Tablig Akbar? Bukan evoria politik seperti acara orgen tunggal, atau joget-jogetan? Tentu banyak spekulasi dan interpretasi muncul, itu tergantung perspektif individu yang melihatnya. 


Beragam narasi dimunculkan. Ada yang berpendapat politis, memanfaatkan simbolik agama dan sentimen budaya. Itu hal lumrah, sebab ini adalah  moment politik. Namun, tablig akbar oleh pasangan IMAN merupakan rangkaian dari kegiatan politik dalam rangka mengedukasi publik.


Paslon yang dikenal ramah dan santun itu bukan hanya hadir dengan kefiguran barunya, tetapi juga ingin memperlihatkan sesuatu yang baru di tanah Bima ini. Tentu dengan cara yang benar berdasarkan "Iman sosial Dou Mbojo" yang kental juga dikenal dengan nilai-nilai religi dan budaya. Itu diibaratkan molekul yang membentuk senyawa. Hal demikian hidup harmonis di batin publik Dou Mbojo. 


Sebutan Mbojo identik dengan daerah "Serambi Mekkah kedua setelah Aceh". Bahkan itu sudah menjadi pandangan hidup masyarakat Bima. Bahwa adat, nilai dan agama tidak boleh bertentangan satu sama lain. Sebagaimana prinsip yang terkandung dalam filosofi "Adat bersendikan Syara dan  Syara bersendikan Kitabullah". 


Prinsip ini menjadi pegangan hidup bagi Dou Mbojo. Yakni mereka yang masih berpegang teguh akan maslahat yang besar dan memperoleh kebahagiaan.  


Timbul pertanyaan, kenapa Tabligh akbar dipilih sebagai alat politik IMAN. Tentu ini berlandaskan pertimbangan nilai kemaslahatan umat, kebaikan warga negara. Bahwa kegiatan yang bersifat islami seperti sholawah, tilawah, dzikir dan doa bersama merupakan tanda kesejukan komunikasi politik pasangan IMAN ditengah panasnya gejolak politik saat ini. Tak hanya itu, juga menghangatkan percakapan publik serta mengurangi tensi politik menjelang pemilihan. Agar supaya keakraban percakapan publik kembali terjalin.


Dimata paslon IMAN Pilkada adalah pesta rakyat. Hakikatnya rakyat harus dihibur dengan sajian juga asupan yang bergizi. Dengan memberikan keteladanan melalui edukasi politik gagasan. Dimana ide yang dipertandingkan bukan caci maki, marah-marah, apalagi sinis. Karena politik yang saling menyudutkan merupakan cara tidak sehat yang menghilangkan keakraban berdemokrasi.


Makin kedepan Paslon IMAN diakui selalu menjadi perbincangan hangat pada pikiran publik. Selalu melekat pada kehidupan Iman sosial Dou Mbojo serta sangat akrab dalam percakapan masyarakat. Jawabannya beragam. Pertama, terjadi semacam kejenuhan pada psikologis masyarakat Bima yang bosan dengan dagelan politik, dongeng kekuasaan, politik pencitraan yang terus membohongi. Atas dasar itu publik akhirnya apatisme dengan mulut  yang diobral.


Kedua, karena selalu diberi harapan palsu masyarakat kini telah tersadarkan. Kehadiran pasangan IMAN bukan hanya mewarnai pikiran demokrasi. Namun juga dianggap sebagai sosok pemimpin yang layak memimpin karena memiliki hati nurani yang berpihak terhadap rakyat ruhani. Oleh karenanya, sosok demikian yang dinantikan publik hari ini. Yakni pemimpin yang peduli juga peka terhadap penderitaan, keprihatinan, kesengsaraan dan kemelaratan yang dialami rakyat. 


Ketiga, masyarakat menginginkan perubahan nyata dikalangan sosial. Bukan hanya ada diotak tetapi juga tersampaikan dengan baik dihadapan rakyat. Berdaya, lebih sejahtera, mandiri dan bermartabat. Ke empat, masyarakat mulai mengalami kegersangan spiritualitas. Batin publik mengalami krisis nilai moral (akhlak) karena berkurangnya nilai-nilai kebudayaan dan agama. 


Kelima, masyarakat meyakini paslon IMAN merupakan figur yang religius, santun, dan amanah. Diyakini ikhlas bekerja untuk kepentingan juga kesejahteraan rakyat. Serta mampu membangun kemajuan daerah dan mengembalikan karakter asli Dou Mbojo yang agamis dan berbudaya.


#tot

Sabtu, 29 Agustus 2020

Jual Pupuk Diatas HET dan Paketan Merupakan Sinyal kegagalan IDP-Dahlan


Bima, InsidePos,-


Praktek penjualan pupuk di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Berpaket baru-baru ini masih terus dirasakan masyarakat Donggo Kabupaten Bima saat ini. Pemerintah daerah dinilai tidak memiliki niat baik untuk menyelesaikan persoalan yang menjadi keluhan masyarakat selama ini. Salah satu yang paling krusial adalah soal pupuk.


Ditengah ekonomi masyarakat terhambat karena dampak dari pandemi Covid-19. Pemerintah mesti berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi beban masyarakat ditengah situasi darurat.


"Bukan malah membebani rakyat dengan harga pupuk diluar HET dan sistem paketan. Ini sama halnya pemerintah tidak mau tahu dengan jeritan rakyat," kesal pemuda Donggo-Soromandi, Harisma Fullan.


Ia mencontohkan di Desa Mpili Kecamatan Donggo, masyarakat membeli pupuk Rp. 105.000,- per zak dan Rp. 355.000,- per paket. Padahal kata dia, ketentuan harga pupuk per zak Rp. 90.000,- dan tidak diperbolehkan untuk menjual paket.


Soal demikian menurut mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Mataram (UNRAM) ini menandakan lemahnya kepemimpinan IDP-Dahlan dalam menyerap juga menyelesaikan persoalan pertanian di Kabupaten Bima. 


Disamping itu, Bupati tidak memiliki nurani untuk mengeluarkan petani dari cengkraman pemodal dan pengusaha. Padahal Bupati dimandatkan sebagai pemberi solusi praktis terhadap semua persoalan yang dihadapi masyarakat petani selama ini.


"Sikap Bupati Bima yang apatis dan menutup mata terhadap penderitaan petani yang terus menerus merupakan bentuk kegagalan nyata Dinda-Dahlan selama 4 setengah tahun memimpin Kabupaten Bima," ujarnya.


Pria yang akrab disapa Fullan ini berharap, semua pihak khususnya akademisi sama-sama bersuara mempresur bupati untuk segera menyelesaikan persoalan pupuk yang terus berlarut tiap tahun.


Ia menyinggung kunjungan Kerja (Kunker) Bupati Bima selama ini mestinya mengetahui persoalan ril yang dihadapi oleh petani dan masyarakat. Dengan masifnya penjualan pupuk di atas HET mengonfirmasi Bupati dan Wakil Bupati gagal total menyerap aspirasi masyarakat selama kunjungan kerjanya.


#tot

Jumat, 07 Agustus 2020

Manifesto Peristiwa 72, di Mata Kaum Muda

 

Bima, Inside Pos,-

Peristiwa 72, merupakan reka ulang tentang kehebatan  Dou Donggo di panggung perlawanan. Mereka sejak dulu, dikenal militan, suka berontak, menolak tunduk, dan tidak takut dengan ancaman, lebih memilih jalan juang untuk mati dalam medan perlawanan, dari pada membelot, mengkhianati umat. 


Kisah heroik tentang jiwa juang kesatria Dou Donggo diperagakan oleh Ompu Sambolo Kala, ia rela mati di ujung sebilah pedang, ketika  kepalanya dipenggal di hadapan penguasa, para Ncuhi, dan Hulubalang. Ia tidak gentar apalagi ciut nyalinya, kepalanya tetap tegak, sekalipun, tidak pernah menunduk, apalagi menoleh kiri kanan meminta iba pada raja atau kolega.


Ia, justru dengan lantang, menolak untuk mencabut kembali ucapan yang terlanjur terucap. Laki-laki Donggo, ucapannya sangat mahal dan berharga, tidak sembarang diucapkan, karena hanya sampah yang bisa dipungut kembali. Ompu Sambolo Kala, membuktikan keberaniannya, saat memberikan seekor kerbau kurus sebagai upeti kepada sang baginda raja. 


Dan, tindakan Ompu Sambolo Kala ini, membuat raja murka, dan menghukum Sambolo Kala, dengan terlebih dahulu mempermalukannya di hadapan semua tamu yang hadir. Tindakan  sang raja ini membuat  Sambolo Kala, menunjukan kelasnya sebagai pemimpin ksatria, dihadapan para tamu kerajaan dengan lantang berkata, lebih baik kepala yang pulang dari pada nama baik tercemar, dikenang generasi sepanjang masa.


Sambolo Kala, bisa saja selamat dari hukuman asalkan meminta maaf, atau menghibur hati raja dengan memberikan kerbau terbaik seperti yang diberikan oleh para Ncuhi lainnya, tetapi hatinya berontak menolak untuk bersikap munafik, karena rakyatnya menderita kekurangan pangan, dan kelaparan dilanda musim kering. Ompu Sambolo Kala menolak mencari pencitraan untuk meraih popularitas diri dengan membohongi bathin publik yang sedang menjerit.


Militansi perlawanan dan daya juang Dou Donggo sudah teruji jauh sebelum masa kemerdekaan. Bahkan ide-ide besar tentang moderasi perjuangan rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan, persamaan derajat, penghormatan terhadap HAM, sebagai jargon agitasi menumbuhkan sensitifitas persatuan, dan pemantik perlawanan rakyat secara masif di seluruh pelosok nusantara yang dipelopori oleh Budi Oetomo 1908, senafas dengan gelora semangat perlawanan yang dinyalakan oleh Dou Donggo.


Sehingga, tidak heran Dou Donggo tampil dengan gagah membakar api perlawanan untuk mengusir penjajah Belanda di tanah Bima melalui perang Kala 1909 (Tajib Abdullah). Yang dikenal apik perlawanan rakyatnya, masif serangannya baik secara terbuka maupun gerilya, perang ini memakan banyak korban jiwa dari pihak Belanda.


Perang Kala merupakan pertempuran sengit yang sulit dilumpuhkan oleh Belanda. Mereka butuh 3 tahun lebih, untuk menundukan perlawanan Dou Donggo. Ketangguhan perlawanan tersebut, tidak terlepas dari siasat yang dimainkan oleh panglima perang Donggo La Ntehi, dan Wai Ncahu, yang begitu lihai menyusun strategi perang, di mana kemampuan menyerang dan bertahan, nyaris sempurna sama baiknya.


Kehebatan Wai Ncahu, wanita pemberani Donggo terus diceritakan kepada generasi,  saat ia menantang maut karena terluka bathin, menyaksikan darah mengalir di tubuh kakaknya. Ia membalas dengan membuat jebakan maut, sambil menantang duel terbuka, ia mengaung-ngaung dan berteriak memanggil pasukan Belanda.


Belanda murka, menyaksikan aksi Wai Ncahu, dan langsung menyerang membabi buta. Dan ketika pasukan belanda melewati jembatan gantung yang sengaja dibuat, di atas permukaan dipenuhi dedaunan agar terlihat tidak ada jebakan, ketika mereka lewat, di mana tali menggantung yang sudah diikatkan dengan batu besar, langsung potong.


Dan seketika pasukan Belanda berjatuhan meninggal dari ketinggian permukaan jurang terjal di Ncai Sambi Donggo. Itulah kisah heroik Wai Ncahu dan la Ntehi sebagai ksatria. Di mana hidupnya dihabiskan di medan juang, namanya selalu hidup menginspirasi perjuangan pemuda-pemudi  Donggo sebagai lambang moral force.


Peristiwa 72, merupakan momentum kebangkitan kembali daya juang dan semangat perlawanan Dou Donggo, melawan tirani kepemimpinan despotis di bawah kendali Soeharmadjid.


Bupati berlatar belakang militer tersebut, mempraktekan Kepemimpinan otoriter anti kritik. Di mana kendali kekuasaan begitu tertutup, lawan politik diintai setiap aktivitas dan gerakan, kelompok masyarakat sipil (Pers dan NGO), dibatasi ruang gerak. Kritikan dianggap anti pemerintah, sehingga suara-suara kritis dibungkam, dan pers menjadi media informasi kepentingan pemerintah (Humas).


Hegemoni kekuasaan saat itu, begitu kuat cengkraman, berdampak pada dominasi penguasaan semua sumber informasi, dan sumber-sumber daya lainnya. Akibatnya distribusi kekuasaan dan program pembangunan jauh dari prinsip pemerataan dan keadilan di setiap wilayah.


Dou Donggo, darah juangnya mendidih, menyaksikan perlakuan diskriminasi terhadap masyarakat Bima, lebih khusus masyarakat Donggo, merasa dianatirikan dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang, terutama infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan sektor lain kurang mendapatkan perhatian pemerintah daerah.


Kondisi objektif tersebut, membakar api perlawanan tokoh-tokoh Donggo, yang dijuluki singa pemberani, sebut tokoh muda Donggo Jamaluddin H.Yasin digelari Abu Dzar, singa podium, H.Abbas Oya intelektual pemberani dan cerdas kala itu, dari tokoh tua TG. H. Majid Bakry ulama kharismatik. H.M.Ali Taamin  sosok tokoh pendobrak militan, dan H. Kako tokoh kebathinan (spiritual) dikenal sakti dan kebal.


Tokoh-tokoh tersebut, merupakan lokomotif penggerak peristiwa 72 sebagai gerakan moral force, sehingga seluruh masyarakat Donggo mulai ujung barat, timur, utara, selatan tumpah ruah di jalan raya, lautan manusia bergemuruh meneriakan yel-yel turunkan bupati Soeharmadjid, ganti dengan puta daerah Putra Abdul Kahir.


Masyarakat kompak, bersatu dalam satu nafas komando, pekikan takbir Allahu Akbar memenuhi langit-langit perjuangan, membakar semangat dan api perlawanan masyarakat untuk menumbangkan rezim otoriter. Mereka sedikitpun tak gentar menantang badai maut, berbagai teror, tekanan, dan ancaman membuat mereka semakin berdaya melawan. 


Hampir tidak ditemukan ketakutan di mimik wajah mereka, justru kegirangan dan kegembiraan, karena semua masyarakat pulau Sumbawa, bahkan Indonesia menyaksikan parade perlawanan Dou Donggo menggugat ketidakadilan di dana Mbojo, sampai tuntutan berhasil dipenuhi.


72 di Mata Kaum Muda.


Peristiwa 72, di mata kaum muda bukan sekedar kisah heroik para pejuangnya, yang berani berkorban diri untuk kepentingan orang banyak, berani memilih jalan menderita demi rakyat, berani melewati jalan terjal kematian demi membela kebenaran. Mereka rela mati di ujung laras kekuasaan demi mengobarkan api perlawanan terhadap rezim otoriter. Mereka menuntut tegaknya keadilan, bagi kelangsungan masa depan Dana Mbojo yang lebih baik.


Kisah fenomenal lain dari peristiwa 72, bagi kaum muda adalah keteladanan para tokoh yang saling menjaga misi suci perjuangan. Di mana mereka junjung bersama sejak diawal sampai akhir, tidak saling curiga. Mereka bersatu padu mengawal, dan menjaga semangat persatuan, satu yang tersiksa semua menderita, satu penjara semua harus dihukum sama dalam sel.


Di sisi lain, masyarakat harus patuh, dan tunduk pada keputusan bersama, dan harus bersatu padu berjuang bersama untuk kepentingan umum, semangat itulah membuat masyarakat Donggo berbaris rapi dan tertib, menunggu satu komando untuk menyatakan satu sikap. Bahwa mati untuk membela perjuangan itu lebih baik dari pada hidup terus tindas tanpa melawan. Mereka yang menjadi saksi hidup peristiwa 72, bercerita bahwa saat itu bathin publik masyarakat Donggo bergelora menyambut perjuangan. Dan di kepala masyarakat telah diikat kain kafan menanti ajal di medan juang sebagai syuhada.


Di era milineal,  nilai-nilai 72, harus direvitalisasi dalam menjaga keluhuran martabat Dou Donggo, dengan meneguhkan kembali nilai integritas, solidaritas, konsistensi dan militansi. Berdasarkan falsafah  "Nggahi Rawi Pahu dan Maja Labo Dahu".


Penulis: Intelektual Muda Donggo, Yasser Arafat, SH, M.H

Sabtu, 04 Juli 2020

Iwan: Untuk Petahana, Suara Partai Bukan Tolak Ukur Penentu Kemenangan pilkada Bima

Bima, InsidePos,-

Perlu di tahu oleh tetangga sebelah alias petahana, suara partai bukan barometer untuk menjemput kemenagan Bupati dan wakil Bupati Bima mendatang. Sebab, yang  menentukan kemenangan adalah suara rakyat. 

"Karna suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Iwan, yang juga Team Kordinator Syafaad di Kecamatan Woha pada media ini, sabtu 4/7.

Di jelasknnya, partai itu merupakan alat untuk memenuhi syarat secara administrasi dan prosedur, bukan untuk mematahkan Gerakan Perubahan pasangan SYAFRU-ADY.

"Insya Allah maysarkat sudah Cerdas dalam hal memilih juga memilah mana  pemimpin yang sebenarnya baik. Yang terpenting untuk di lakukan sekarang adalah melakukan sosialisasi secara  masif sturuktur dan sistematis," ungkapnya.

Di tegaskannya, bahwa pasangan Syafaad akan di gandeng oleh Partai besar, hanya saja waktu yang di tunggu.

"Maka dari itu  seluruh pendukung Syafaad di manapun berada, kita tetap lakukan konsolidasi dari tingkat RT & RW & DESA bahkan hingga tingkat kecematan & Kabupaten," tandasnya.

#tot

Rabu, 17 Juni 2020

Pers Adalah Media Yang Mengedukasi di Tengah Pandemi Corona Virus

Oleh: Dr. Ihlas Hasan 
(Dosen Tetap IAI Muhammadiyah Bima)

Bima, InsidePos,-

CIRI-CIRI orang yang sudah mengalami gejala pikun –kalau dia mudah lupa sesuatu.

Lupa apa yang baru saja diucapkan, lupa apa yang baru saja ditaruh, lupa apa yang baru mau disampaikan dan lupa kebaikan orang pada dirinya.

Apakah Anda memiliki pengalaman seperti itu? Hati-hatilah sedikit!

Dimasa pandemi ini, kita (semua) lupa berterima kasih kepada insan Pers. Mereka yang siang malam memburu, menulis, menyebarkan berita dan menjembatani informasi (termasuk suka dan duka soal Covid-19).

Dari mereka kita bisa bersiap siaga untuk membekali diri menghadapi wabah mahabesar ini. Dari mereka pula informasi dari berbagai belahan bumi, diperoleh secepat kilat.

Tidak hanya itu, pers juga menjadi media yang sangat berjasa mengedukasi masyarakat (mendidik, mencerdaskan dan mencerahkan), sebagai ruang hiburan (entertaintment), sebagai wadah kontrol sosial (mengawal dan mengoreksi kinerja aparatur negara yg dianggap melenceng) dan beragam ‘amal jariyah’ lainnya.

Demi menggali data dan menyajikan informasi untuk masyarakat, tidak sedikit umpatan, cacian, hinaan bahkan ancaman fisik mengintai mereka di lapangan.

Mengungkap fakta (amar makruf-nahi munkar) bukanlah perkara mudah. Butuh keberanian dan siap menghadapi risiko, karena akan ada banyak pihak yang pro-kontra.

Di sinilah posisi dilematis bagi mereka sekaligus menjadi medan ujian agar tetap konsisten menjadi insan pers yang luhur dan beridealisme paten.

Karenanya, mari sejenak memberi apresiasi untuk mereka. Berdoa yang terbaik untuk para pekerja jurnalis.

Mereka adalah lembaga legal yang dilindungi negara. Dimana mereka diistimewakan melalui Undang-undang (UU) Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999 sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliput mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.

Sekali lagi, hormati mereka sebagai volunteer kemanusiaan yang ikut membantu, menopang dan mencerahkan bangsa ini. Semoga segala amal baiknya menjadi tambahan pahala diyaumil akhir.
Semangat kawan Pers!

#tot

Jumat, 10 April 2020

Kepala Desa Harus Menjadi Garda Terdepan Melawan COVID-19

Penulis : Hardiansyah S. Pd 
(Pemuda Lambu).

Bima, Inside Pos,-

Di tengah maraknya virus corona atau COVID-19, Hampir seluruh Pemerintah diatas sampai pada jajaran ke bawah melakukan semprot disfektan, pembagian obat-obatan, hand sanitizet, bagi-bagi masker dan banyak lainnya. 

Menindaklanjuti seruan Presiden Republik Indonesia, seluruh masyarakat harus menggunakan masker saat beraktifitas diluar rumah. Tidak hanya itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga perintahkan hal yang sama guna mengurangi resiko penyebaran juga penularan Virus Disease (COVID-19).

Diruang lingkup sosial masyarakat mestinya saling mengingatkan satu sama lain. Misalnya dalam hal mengunakan masker ketika beraktifitas diluar rumah, selalu mencuci tanggan dengan sabun, terlepas patuhi aturan pemerintah stay at home dan social distancing.

Hal berbeda yang terjadi ditanah kelahiran saya. Covid-19 dipolitisasi bahkan dijadikan ajang pencitraan oleh beberapa oknum. Tentu  sebagai pemuda yang sadar akan kemaslahtan umat, saya bisa menilai mana yang ikhlas dan mana yang iklan. 

Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung siapapun, tapi bagaimana caranya kita temukan cara terbaik untuk sama-sama memutuskan  mata rantai virus corona ini. Tentu dengan adanya langkah-langkah serius dan inisiatif dari pemerintah setempat untuk segera bentuk Tim relawan tanggap Desa, saya kira ini langkah efektif.

Sebagai lembaga yang jelas, Desa harus mampu merangkul seluruh pemuda dan masyarakatnya, tentu juga dibantu oleh BPD ( Badan Permusyawaratan Desa) sebagai penggera. Menyampaikan aspirasi bahkan menjadi contoh untuk pemuda dan masyarakat bukan justru sebaliknya. 

Perlu dipahami, Covid-19 ini merupakan virus yang menggegerkan dunia dan dampaknya juga sampai pada Negeri kita tercinta ini. Artinya, kesadaran masyarakat harus di mulai dari diri sendiri. Karena lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Berangkat dari perintah Gus Menteri, A.Halim Iskandar ."setiap Desa wajib membentuk relawan Desa melawan covid-19, Karena kepala Desa harus jadi garda terdepan".

#tot